Selasa, 23 Oktober 2012

askeb endometritis


ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS DENGAN KASUS ENDOMETRITIS  MENGGUNAKAN MODEL PENDOKUMENTASIAN COMPUTER BASED PATIENT  RECORD (CPR)



Nama Dosen : Reni Yuli Astutik, SST. M.Kes
Disusun Oleh :
Nama : Titin Fidyawati
NIM : 201102080


PRODI DIII KEBIDANAN
Tahun Ajaran 2012/2013
STIKES KARYA HUSADA PARE KEDIRI





KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis menyatakan kehadirat Tuhan YME, karena atas bimbingan dan petunjuknya, serta berkat rahmat,nikmat dan karunianya sehingga tugas “ Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan kasus Endometritis menggunakan Model Pendokumentasian CPR” ini dapat saya selesaikan dengan baik   

Makalah ini disusun dengan harapan dapat membantu  para mahasiswa untuk memahami “Asuhan Kebidanan dalam Model Pendokumentasian Computer Based Patient Record”

Materi yang di sajikan dalam makalah ini mengambil dari berbagai sumber yang mengacu pada materi tentang “Asuhan Kebidanan dalam Model Pendokumentasian Computer Based Patient Record”

Penulis menyadari bahwa dalam pengembangannya potensi mahasiswa bukan terletak pada buku,tetapi kuncinya terletak pada dosen dan lingkungan mahasiswa itu sendiri akhirnya  penulis berharap makalh ini nantinya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilimu pengetahuan . tak lupa kritik dan saran yang membangun sang penulis mengharap untuk penyempurnaan. 



Pare,   Oktober  2012


Penulis






BAB I : PENDAHULUAN
A.     Latar belakang

Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada saat kehamilan dan persalinan.
Salah satu contoh infeksi nifas yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu endometritis.Endometritis yaitu peradangan yang terjadi pada endometrium pada lapisan sebelah dalam. Sama-sama kita ketahui bahwa peradangan endometrium pada masa nifas diindonesia masih tinggi karena kurangnya ketelitian dan kecermatan dalam penanganan mengenai hal ini baik dalam masa kehamilan maupun persalinan .
Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga personal higiene, kurangnya pengetahuan tentang dampak jangka pendek dan jangka panjang endometritis bagi ibu , kurangnya ketelitian dalam penanganan dalam kasus endometritis menjadi salah faktor atau dasar bagi penulis untuk membahas tentang infeksi nifas mengenai endometritis. Sekaligus penulis menguraikan asuhan kebidanan ibu nifas menggunakan model pendokumentasian CPR (computer based patient record).
Pencatatan dengan system komputerisasi merupakan salah satu tren yang paling diminati dalam pendokumentasian asuhan keperawatan termasuk asuhan kebidanan. Banyak institusi membuat atau membeli system informasi komputerisasi yang menunjang praktik keperawatan/kebidanan. Berbagai kelompok dalam industry pelayanan kesehatan menggunakan istilah computer dengan berbagai cara, salah satunya adalah Catatan Pasien Berbasis Komputer (computer based patient records, CPR).

B.     TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
Tujuan umum :
ü  Untuk mengetahui bagaimana cara pendokumentasian secara computer based patient record (CPR)dalam aplikasi kasus infeksi ibu nifas yaitu endometritis
Tujuan khusus :
       I.            Model pendokumentasian CPR
ü  Mengetahui apa yang dimaksud dengan model pendokumentasian CPR
ü  Mengetahui faktor digunakannya model pendokumentasian CPR
ü  Mengetahui keuntungan dari CPR
ü  Mengetahui kerugian dari CPR
ü  Mengetahui prasyarat untuk dilakukannya sistem CPR
ü  Mengetahui hambatan-hambtan dalam pengenalan CPR

    II.            Endometritis
ü    mengetahui apa yang dimaksud dengan endometritis
ü    mengetahui apa faktor penyebab endometritis
ü  Mengetahui patofisiologi endometritis
ü    Mengetahui gejala klinis endometritis
ü  Mengetahui klasifikasi dari endometritis
ü  Mengetahui cara mendiagnosa endometritis
ü  Mengetahui factor risiko yang mungkin terjadi
ü  Mengetahui komplikasi endometritis
ü  Mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada pasien yang mengalami endometritis
ü   Mampu melaksanakan evaluasi  pada pasien yang terkena endometritis












BAB II : TINJAUAN  TEORI

1.1  MODEL PENDOKUMENTASIAN KOMPUTERISASI
Pencatatan dengan system komputerisasi merupakan salah satu tren yang paling diminati dalam pendokumentasian asuhan keperawatan termasuk asuhan kebidanan. Banyak institusi membuat atau membeli system informasi komputerisasi yang menunjang praktik keperawatan/kebidanan. Berbagai kelompok dalam industry pelayanan kesehatan menggunakan istilah computer dengan berbagai cara, salah satunya adalah Catatan Pasien Berbasis Komputer (computer based patient records, CPR).

1.1.1        PENGERTIAN

Teknik pendokumentasian dengan komputerisasi adalah system computer yang berperan dalam menyimpulkan, menyimpan proses, memberikan informasi yang diperlukan dalam kegiatan pelayanan kebidanan, penelitian dan pendidikan.
Model ini berupa segala bentuk catatan/dokumentasi terprogram secara jelas sehingga memudahkan dalam proses penegakan diagnosis dan mengurangi kegiatan pencatatan secara tradisional. Beberapa pertimbangan menggunakan CPR  ini adalah karena jumlah data yang dikumpulkan tentang kesehatan seseorang sangatlah banyak dan metode ini merupakan penghantaran informasi yang lebih efisien dan efektif.
 (Buku ajar dokumentasi kebidanan.2010.hal 29)

1.1.2        FAKTOR DIGUNAKANNYA MODEL CPR

Pengguna CPR didorong oleh beberapa factor berikut ini:
1.   Jumlah data mengenai kondisi kesehatan pasien sangat banyak, harus dikumpulkan, disimpan dan diorganisasikan dengan system yang lebih efisien daripada system berbasis kertas. Mencari data dalam catatan pasien merupakan hal yang sangat menghabiskan waktu. Semakin banyak catatan tersebut, semakin sulit untuk mencari informasi intinya.
2.   Pencatatan informasi secara electronic dibuat sedemikian rupa dan tidak dapat dilakukan oleh system pencatatan berbasis kertas. Semua catatan yang berhubungan dengan aspek khusus dalam perawatan dapat disusun dan dicetak. System pencatatan berbasis kertas tidak dapat diorganisasi ulang dengan cara tersebut dan juga tidak dapat digabungkan dengan catatan dari fasilitas atau institusi lain.
3.   Penggunaan CPR dapat berkembang menjadi metode penyampaian informasi yang lebih efisien dari satu pemberi asuhan kesehatan ke pemberi asuhan kesehatan yang lain. Dalam metode pendokumentasian manual, pemeriksaan pasien dan pengumpulan data yang berulang-ulang dapat terjadi jika pasien pindah dari satu fasilitas ke fasilitas lain.
4.   Penghematan biaya dan reformasi pelayanan kesehatan mengharuskan dilakukannya efisiensi manajemen data asuhan kesehatan termasuk asuhan kebidanan.

1.1.3        KEUNTUNGAN

Secara umum dokumentasi dengan system komputerisasi mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: meningkatkan pelayanan pada pasien, meningkatkan pengembangan protocol, meningkatkan penatalaksanaan data dan komunikasi dan meningkatkan proses edukasi dan konseling pada pasien.
Keuntungan dokumentasi dengan system komputerisasi secara spesifik, antara lain: akurasi lebih tinggi, menghemat biaya, meningkatkan kepuasan pasien, memperbaiki komunikasi antar bagian/anggota tim kesehatan, menambah kesempatan untuk belajar, meneliti dan jaminan kualitas, meningkatkan moral kinerja petugas.

Beberapa keuntungan dari dokumentasi terkomputerisasi secara umum adalah sbb:
a.       Catatan dapat di baca
b.      Catatan yang siap tersedia
c.       Produktivitas bidan/perawat membaik
d.      Mengurangi kerusakan catatan
e.       Menunjang penggunaan proses asuhan kebidanan/keperawatan
f.       Mengurangi dokumentasi yang berlebihan
g.      Saran, pengingat dan peringatan klinis
h.      Catatan keperawatan/kebidanan lebih terorganisasi
i.        Laporan tercetak secara otomatis
j.        Dokumentasi sesuai standar profesi
k.      Peningkatan rekrutment dan retensi tenaga
l.        Peningkatan pengetahuan tentang hasil
m.    Ketersediaan data
n.      Pencegahan kesalahan pemberian obat
o.      Mempermudah penetapan biaya
p.      Mencetak instruksi pemulangan
(Buku ajar dokumentasi kebidanan.2010.hal 29)

a.       Meningkatkan pelayanan kepada pasien
b.      meningkatkan pengembangan protokol
c.       meningkatkan penatalaksanaan data dan komunikasi

1.1.4    KERUGIAN
 Beberapa kelemahan dokumentasi dengan system komputerisasi, adalah: malfunction, impersonal effect, privacy, informasi tidak akurat, kosa kata terbatas, penyimpanan bahan cetakan dan biaya yang harus disediakan cukup besar untuk pengadaan beberapa unit computer.

1.1.5        PRASYARAT
Prasyarat diberlakukannya CPR
Sedikitnya terdapat 5 kunciutama prasyarat CPR, termasuk hal-hal berikut ini yang diperlukan untuk menunjang CPR (Adrew, Dick, 1995a cit. Iyer and Champ, 2005):
1.         Kamus data klinis. Diperlukan kamus data klinis yang substansial dan fleksibel, yang akan mendefinisikan semua unsure data untuk informasi klinis yang akan disimpan
2.         Tempat penyimpanan data klinis. Harus terdapat tempat penyimpanan data klinis yang arsitekyurnya dirancang dengan baik, guna memenuhi kebutuhan semua anggota tim pemberi perawatan kesehatan. Permintaan informasi media mengenai pesien tertentu harus dipenuhi dalam beberapa detik.
3.         Kemampuan input yang fleksibel. Harus tersedia perlengkapan yang tepat (seperti mouse, keyboard, pengenal suara, touch screen, pen light).
4.         Presentasi data yang ergonomis. Presentasi data harus sesuai dengan kebutuhan individu.
5.         Dukungan system otomatis. System harus mengantisipasi dan mendukung proses klinis serta berfikir melalui system pendukung. Hal ini harus mencakup akses ke system ahli, data dasar pengetahuan, literature medis, umpan balik hasil, dan masukkan kualitas/biaya  semua yang akan digunakan dalam pembuatan keputusan klinis.

1.1.6        HAMBATAN DALAM PENGENALAN CPR
Keperawatan dan kebidanan sering menjadi unit terakhir yang membeli dan menggunakan software. Beberapa hambatan untuk mengembangkan dan menggunakan system komputerisasi. Dalam pelayanan kebidanan/keperawatan antara lain:
1.  Bagian administrasi merasa tidak yakin bahwa komputerisasi informasi kebidanan/keperawatan akan memberikan hasil nyata.
2.  Bidan/perawat kurang memiliki kemampuan mengoperasikan system komputerisasi.
3. Unit pelayanan informasi computer kadang merasa terancam untuk berbagi informasi dengan unit lain dan khawatir kekuatannya akan hilang bila melibatkan orang lain dalam proses pengambilan keputusan.
4.  Dahulu program software hanya sedikit tersedia. Beberapa diantaranya  dirancang untuk perawat atau bidan ahli computer yang tidak memiliki pengalaman keperawatan.
5.  Banyak software yang dirancang untuk fungsi tunggal seperti ketenagaan dan penjadwalan, rencana perawatan/klasifikasi pasien.
6. Kurangnya keseragaman bahasa keperawatan/kebidanan menghambat perkembangan dan penggunaan system informasi computer
7.  Rasa takut termasuk anggapan bahwa komputerisasi terlalu sulit, bahwa teknologi tersebut akan menggantikan bidan/perawat,bahwa computer akan langsung mengarahkan dan mendikte asuhan dan bahwa kerahasiaan pasien akan dilanggar.
8.  Komputerisasi sangat mahal.hardware,software,pendidikan staf dan computer tambahan menunjang kontribusi staf untuk mengembangkan system komputerisasi.

Rekomendasi pemilihan system komputerisasi
Perubahan yang cepat di  bidang pelayanan kesehatan, mengubah beberapa peraturan lama pemilihan system informasi computer. Menurut Pasternack (1998, cit. lyer and champ, 2005), perubahan peraturan tersebut adalah:
1.         Peraturan lama: cari daftar client yang besar ; peraturan baru: besar bukan berate lebih baik.
2.         Peraturan lama: membeli software dalam jumlah besar ; peraturan baru: beli software hanya yang diperlukan saja.
3.         Peraturan lama: cari sesuatu yang baru dan popular ; peraturan baru: sesuatu yang sedang populer tidak berarti akan populer selamanya.
4.         Peraturan lama: beli yang terbaik, baru kemudian diintegrasikan ; peraturan baru: tetap bersama beberapa produsen.
5.         Peraturan lama: beli yang tersedia dan biarkan produsen mengurusnya ; peraturan baru: cari produsen yang akan berbagi risiko dan keuntungan.
6.         Peraturan lama: membeli software yang mahal sebandingdengan fungsi yang tinggi ; peraturan baru: membeli berdasarkan nilai barang.



1.2  ENDOMETRITIS

Infeksi nifas” atau dalam istilah medis disebut juga “infeksi puerperalis”. Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada saluran genital (kemaluan) yang terjadi setelah melahirkan yang ditandai dengan kenaikan suhu tubuh sampai 38°C atau lebih selama dua hari, terjadi dalam sepuluh hari setelah melahirkan tapi dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Tanda-tanda infeksi nifas :
  • Demam tinggi (38°C atau lebih), kadang disertai menggigil.
  • Rasa panas dan nyeri pada tempat infeksi
  • Kadang-kadang terasa perih saat buang air kecil.
  • Ibu terlihat sakit dan sangat lemah
Beberapa faktor risiko yang memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi nifas, antara lain:
  • Setiap keadaan yang menurunkan daya tahan tubuh ibu, seperti perdarahan, kelelahan, gizi buruk, preeklamsi, eklamsi, infeksi lain yang diderita ibu, penyakit jantung, TBC paru, pneumonia, dan lain-lain.
  • Ibu dengan proses persalinan lama, persalinan yang tidak terduga (mendadak) sehingga kurang tertangani dengan baik
  • Kemungkinan infeksi panggul setelah melahirkan yang serius, berhubungan dengan lamanya ketuban pecah sebelum melahirkan.
  • Luas serta banyaknya luka guntingan atau robekan ketika proses persalinan
  • Ibu yang menjalani tindakan operasi, baik lewat jalan lahir maupun perut.
  • Tertinggalnya sisa ari-ari, selaput ketuban, atau bekuan darah dalam rahim.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi nifas, antara lain :
  • Sebaiknya ibu memperhatikan kondisi kesehatannya selama hamil, segera periksa ke bidan atau dokter jika ada keluhan.
  • Minum suplemen zat besi secara teratur untuk mencegah terjadinya anemia.
  • Konsumsi makanan yang bersih, sehat, cukup kalori, protein, dan serat (sayur, buah).
  • Minum air dalam jumlah yang cukup.
  • Ibu hendaknya memilih tenaga penolong persalinan yang terlatih, supaya proses persalinan terjamin kesterilannya.
  • Harus menjaga kebersihan dan memberi perawatan khusus jika terjadi perlukaan seperti di tempat jahitan pada jalan lahir maupun perut (operasi cesar)

1.2.1        DEFINISI ENDOMETRITIS

Radang selaput lendir rahim atau endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi
(http://delvita-pratiwi.blogspot.com/2012/06/endometritis.html)

Endometritis adalah keradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium.  Derajat efeknya terhadap fertilitas bervariasi dalam hal keparahan radang, waktu yang diperlukan untuk penyembuhan lesi endometrium, dan tingkat perubahan permanen yang merusak fungsi dari glandula endometrium dan/atau merubah lingkungan uterus dan/atau oviduk. Organisme nonspesifik primer yang dikaitkan dengan patologi endometrial adalah Corynebacterium pyogenes dan gram negatif anaerob.
.
Endometritis adalah peradangan lapisan endometrium rahim. Selain untuk endometrium, peradangan mungkin melibatkan myometrium dan, kadang-kadang parametrium.


Metritis atau endometritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik , peritonitis, syok septik, thrombosis vena yang dalam , emboli pulmunal, infeksi pelvik menahun, dispareunia ,penyumbatan tuba dan infertilitas.

(Prawirohardji,Sarwono. 2010. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Hal : 262)
Kadang – kadang lokea tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta, dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokeometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu, uterus agak membesar, lembek, nyeri pada perabaan.
( Mansjoer,Arif dkk , 2001. Kapita selekta kedokteran . hal: 319)

1.2.2        ETIOLOGI
Endometritis adalah penyakit polymicrobial yang melibatkan, rata-rata, 2-3 organisme. Dalam kebanyakan kasus, itu muncul dari infeksi naik dari organisme yang ditemukan di masyarakat adat normal vagina flora.

Biasanya terisolasi organisme termasuk Ureaplasma urealyticum, Peptostreptococcus, Gardnerella vaginalis, Bacteroides bivius dan Grup B Streptococcus. Klamidia telah dikaitkan dengan onset akhir endometritis setelah bersalin. Enterococcus diidentifikasi dalam sampai dengan 25% dari perempuan yang telah menerima cephalosporin profilaksis.

Penyebab secara umum adalah

1.      Aborsi
2.      Kelahiran kembar
3.      Kerusakan jalan lahir
4.      Kelanjutan retensio plasenta yang mengakibatkan involusi pasca persalinan menjadi menurun
5.      Adanya korpus luteun persisten.
6.      Persalinan Pervaginam
Jika dibandingkan dengan persalinan perabdominan/sc, maka timbulnya endometritis pada tersalinan pervaginam relatif jarang.Bila persalinan pervaginam disertai penyulit yaitu pada ketuban pecah prematur yang lama, partus yang lama dan pemeriksaan dalam berulang, maka kejadian endometritis akan meningkat sampai mendekati 6%. Bila terjadi korioamniotis intrapartum, maka kejadian endometritis akan lebih tinggi yaitu mencapai 13%.
7.      Persalinan SC
SC merupakan faktor predisposisi utama timbulnya endometritis dan erat kaitannya dengan status sosial ekonomi penderita. Faktor resiko penting untuk timbulnya infeksi adalah lamanya proses persalinan dan ketuban pecah, pemeriksaan dalam berulang dan pemakaian alat monitoring janin internal. Karena adanya faktor resiko tersebut america college of obsetricians andgynekologists menganjurkan pemberian antibiotika profilaksis pada tindakan secsio caesarea.

8.      BAKTERIOLOGI
Meskiun pada serviks umumnya terdapat bakteri, kavum uteri biasanya steril sebelum selaput ketuban pecah. Sebagai akibat proses persalinan dan manipulasi yang dilakukan selama proses persalinan tersebut, cairan ketuban  dam mungkin uterus akan terkontaminasi oleh bakteri aerob dan anaerob.
Bakteri anaerob :
·         peptosreptococcus sp
·         peptococcus sp
·         bakterioides sp
·         klostridium sp
Bakteri  aerob gram positif:
·         enterococcus
·         grub B streptococcus
·         Bakteri gran negatif:
·         Echerichia coli.


Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.  Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada endometrium.  Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-keping nekrotis serta cairan.  Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah yang sehat terdapat lapisan yang terdiri atas leukosit-leukosit.  Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Diduga uterus dan isinya steril selama kehamilan normal dan lebih dulu melahirkan. Kemudian waktu kelahiran atau setelah itu lumen uterus terkontaminasi mikroorganisme dari lingkungan, mikroorganisme, kulit dan feses melalui relaksasi peritoneum, vulva dan dilatasi cervik.
Ada berbagai macam faktor predisposisi dari endometritis. Ada sinergisme antara A. pyogenes, F. necrophorum, dan Prevotella melaninogenicus, menyebabkan lebih beratnya kasus endometritis. Gangguan mekanisme pertahanan uterus seperti involusi uterus atau fungsi neutrofil akan menunda fungsi eliminasi kontaminasi bakteri. Distosia, kelahiran kembar atau kematian janin dan inseminasi buatan meningkatkan kesempatan untuk kontaminasi pada traktus genital. Retensi membrane fetus adalah faktor predisposisi endometritis dan berhubungan dengan peningkatan endometritis berat.


1.2.3        PATOFISIOLOGI           
 Rahim merupakan organ yang steril sedangkan di vagina terdapat banyak mikroorganisme oportunistik. Mikroorganisme dari vagina ini dapat secara asenden masuk ke rahim terutama pada saat perkawinan atau melahirkan. Bila jumlah mikroorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim mengalami gangguan maka dapat terjadi endometritis [5]. Kejadian endometritis kemungkinan besar terjadi pada saat kawin suntik atau penanganan kelahiran yang kurang higienis, sehingga banyak bakteri yang masuk, seperti bakteri non spesifik (E. coli, Staphilylococcus, Streptococcus dan Salmonella), maupun bakteri spesifik (Brucella sp, Vibrio foetus dan Trichomonas foetus).
Infeksi uterus pada persalinan pervaginam terutama terjadi pada tempat implantasi plesenta, desidua, dan miometrium yang berdekatan.bakteri yang berkoloni  diserviks akan dan vagina akan menginvasi tempat implantasi plasenta saat itu biasanya merupakan sebuah luka dengan diameter _kurang lebih 4  cm dengan permukaan luka berbenjol – benjol  karena banyaknya vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman pathogen
Infeksi uterus pasca operasi sesar umumnya akibat infeksi pada luka operasi selain infeksi yang terjadi pada tempat implantasi plasenta.


Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari infeksi naik dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut versus kronis. Endometritis akut dicirikan oleh kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis kronis dicirikan oleh kehadiran plasma sel dan limfosit dalam stroma endometrium.

Dalam populasi nonobstetric, panggul inflammatory penyakit dan ginekologi prosedur invasif adalah prekursor-prekursor yang paling umum untuk endometritis akut. Dalam populasi obstetri, infeksi setelah bersalin adalah pendahulu paling umum.

Endometritis kronis dalam populasi obstetri biasanya berhubungan dengan produk-produk yang tetap dari konsepsi setelah pengiriman atau elektif aborsi. Dalam populasi nonobstetric, kronis endometritis telah melihat dengan infeksi (misalnya, klamidia, tuberkulosis, bakterial vaginosis) dan kehadiran perangkat intrauterine.


2            GEJALA KLINIS
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir.  Kadang-kadang lochia tertahan oleh darah, sisa-sisa palsenta dan selaput ketuban.  Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan diatasi.  Uterus pada endometriosis agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek.  Pada endometritis yang tidak meluas, penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri.  Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali.  Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat.  Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.
Endometritis dapat terjadi penyebaran:
  1. Miometritis (infeksi otot rahim)
  2. Parametritis (infeksi sekitar rahim)
  3. Salpingitis (infeksi saluran telur)
  4. Ooforitis (infeksi indung telur)
  5. Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)
  6. Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.

Secara umum gejala klinis dapat di uraikan sebagai berikut :

·         Suhu tubuh berkisar melebihi 38 -39 0c
·         Menggigil
·         Demam biasanya timbul pada hari ke-3 disertai nadi yang cepat.
·         Nadi cepat
·         Nyeri abdomen
·         Pada pemeriksaan bimanual teraba agak mem besar, nyeri dan lembek.
·         Lokhea berbau menyengat namun ada juga yang tidak yaitu yang disebabkan olek sreptococcus lokheanya bening dan tidak berbau.
·         Lendir vagina berwarna keputihan sampai kekuningan yang berlebihan
·         Rahim membesar
·         Penderita nampak sehat namun dampak yang diberikan dalam jangka pendek yaitu menurunkan kesuburan dan dalam jangka panjang menyebabkan gangguan reproduksi karena perubahan saluran reproduksi.


Infeksi uterus harus menjadi perhatian utama pada wanita pasca postpartum dengan demam. Biasanya muncul rabas vagina ( lokea) yang berbau, banyak dan bersemu darah. Sering terdapat nyeri tekan abdomen dan parametrium uterus sewaktu pemeriksaan bimanual. Demam ibu pasca postpartum (pasca operasi)tanpa kausa lain yang jelas, harus dianggap sebagai endomiometritis.
(Levenno,Kenneth.2009.obstetri Williams.hal: 356)

1.2.4    KLASIFIKASI
            Endometritis dibagi menjadi 3 macam:
·         Endometritis postpartum
Peradangan yang terjadi setelah melahirkan.
·         Endometritis sinsitial
Peradangan pada dinding rahim akibati tumor jinak yang disertai sel intisial dan trofoblas yang banyak.
·         Endometritis tuberkulosa
Peradangan pada endometrium dan tuberculosa.

  1. Endometritis Akut
Terutama terjadi pada postpartum atau postabortum.  Pada endometritis postpartum, regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis postpartum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.  Endometritis postabortum terutama terjadi pada abortus provocatus.  Endometritis juga dapat terjadi pada masa senil.
(Ginekologi. Bagian obstetri dan ginekologi fakultas kedokteran padjajaran bandung. 2010. Bandung . hal 93)
Pada endometritis akuta endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema, dan infiltrasi leukosit berinti polimoni yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akuta, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akuta. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus, dan oleb sebab itu tidak dibicarakan lebib lanjut di sini.  Infeksi post abortum dan post partum sering terdapat oleh karena luka-luka pada serviks uteri, luka pada dinding uterus bekas tempat plasenta, yang merupakan porte d’entree bagi kuman-kuman patogen. Selain in, alat-alat yang digunakan pada abortus dan partus dan tidak sucihama dapat membawa kuman-kuman ke dalam uterus.
Pada abortus septic dan sepsis puerperalis infeksi lebih cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah dan limfe dapat menjalar ke parametrium, tuba dan ovarium serta ke peritoneum di sekitarnya.  Gejala-gejala endometritis akuta dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya.  Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah di sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akuta ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukkan radium ke dalam uterus, memasukkan IUD (intra-uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.  Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akuta tetap terbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.  Endometritis akuta yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa pathogen umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid.  Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting ialah berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar.
Gejala-gejala:
o   Demam
o   Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar fluor yang purulent.
o   Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.
o   Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada nyeri.
o   Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.

  1. Endometritis Kronik
Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid.  Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit.  Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika ialah, leukorea dan menoragia. Pengobatannya tergantung dari penyebabnya.
Endometritis knonika ditemukan:
a.                 pada tuberkulosis;
b.      jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus;
c.       jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;
d.      pada polip uterus dengan infeksi;
e.       pada tumor ganas uterus;
f.       pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.
g.      Fluor albus yang keluar dari ostium (ginekologi . hal 94)
h.      Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi (ginekologi. Hal : 94)

Endometritis kronika yang lain umumnya akibat infeksi yang terus-menerus karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.  Dahulu diagnosis endometritis kronika lebih sering dibuat daripada sekarang.  Sejak penelitian fundamental dari Hitshcmann dan Adler tentang histology endometrium selama siklus haid, diketahui bahwa banyak perubahan yang ditemukan dalam endometrium dan yang dahulu dianggap patologik adalah gambaran normal dari endometrium dalam berbagai fase siklus haid.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus tuberculosis genital.  Pada pemeriksaan mikrskopik ditemukan tuberkel di tengah-tengah endometrium yang beradang menahun.
Endometritis tuberkulosa umumnya timbul sekunder pada penderita dengan salpingitis tuberkulosa.  Pada penderita dengan tuberculosis pelvic yang asimptomatik, endometritis tuberkulosa ditemukan bila pada seorang wanita dengan infertilitas dilakukan biopsy endometrial dan ditemukan tuberkel dalam sediaan.  Terapi yang kausal terhadap tuberculosis biasanya dapat menyebabkan timbulnya haid lagi.
Pada abortus inkompletus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan villi korialis di tengah-tengah radang menahun endometrium.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan plasenta tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.

1.2.5    DIAGNOSIS
Endometritis dapat terjadi secara klinis dan subklinis. Diagnosis endometritis dapat didasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan rektal, pemeriksaan vaginal dan biopsi. Keluhan kasus endometritis biasanya beberapa kali dikawinkan tetapi tidak bunting, siklus birahi diperpanjang kecuali pada endometritis yang sangat ringan. Pemeriksaan vaginal dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop dengan melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi (tergantung derajat infeksi).

Secara klinis karakteristik endometritis dengan adanya pengeluaran mucopurulen pada vagina, dihubungkan dengan ditundanya involusi uterus. Diagnosa endometritis tidak didasarkan pada pemeriksaan histologis dari biopsy endometrial. Tetapi pada kondisi lapangan pemeriksaan vagina dan palpasi traktus genital per rectum adalah teknik yang sangat bermanfaat untuk diagnosa endometritis. Pemeriksaan visual atau manual pada vagina untuk abnormalitas pengeluaran uterus adalah penting untuk diagnosa endometritis, meski isi vagina tidak selalu mencerminkan isi dari uterus. Flek dari pus pada vagina dapat berasal dari uterus, cervik atau vagina dan mukus tipis berawan sering dianggap normal. Sejumlah sistem penilaian telah digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus dan cervik, pengeluaran dari vagina alami. Sistem utama yang digunakan adalah kombinasi dari diameter uterus dan cervik, penilaian isi dari vagina. 
Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan memberi perlakuan pada kasus endometritis di awal periode post partum. Setiap ibu harus mengalami pemeriksaan postpartum dengan segera pada saat laktasi sebagai bagian dari program kesehatan yang rutin. Kejadian endometritis dapat didiagnosa dengan adanya purulen dari vagina yang diketahui lewat palpasi rektal. Diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan biopsi mungkin diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi dan pemeriksaan vaginal meliputi ukuran uterus, ketebalan dinding uterus dan keberadaan cairan beserta warna, bau dan konsistensinya. Sejarah tentang trauma kelahiran, distosia, retensi plasenta atau vagina purulenta saat periode postpartum dapat membantu diagnosa endometritis. Pengamatan oleh inseminator untuk memastikan adanya pus, mengindikasikan keradangan pada uterus.  Sejumlah kecil pus yang terdapat pada pipet inseminasi dan berwarna keputihan bukanlah suatu gejala yang mangarah pada endometritis. Keradangan pada cervix (cervisitis) dan vagina (vaginitis) juga mempunyai abnormalitas seperti itu. Bila terdapat sedikit cairan pada saat palpasi uterus, penting untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan spekulum.  Untuk beberapa kasus endometritis klinis atau subklinis, diagnosa diperkuat dengan biopsy uterin.
Pemeriksaan mikroskopis dari jaringan biopsy akan tampak adanya peradangan akut atau kronik pada dinding uterus. Pemeriksaan biopsi uterin dapat untuk memastikan terjadinya endometritis dan adanya organisme di dalam uterus. Tampak daerah keradangan menunjukkan terutama neutrofil granulocyte dan dikelilingi jaringan nekrosis dengan koloni coccus.
Cara sederhana juga adalah dengan melakukan pemeriksaan manual pada vagina dan mengambil mukus untuk di inspeksi. Keuntungan teknik ini adalah murah, cepat, menyediakan informasi sensory tambahan seperti deteksi laserasi vagina dan deteksi bau dari mukus pada vagina. Satu prosedur adalah pembersihan vulva menggunakan paper towel kering dan bersih, sarung tangan berlubrican melalui vulva ke dalam vagina. Pinggir, atas dan bawah dinding vagina dan os cervik eksterna dipalpasi dan isi mukus vagina diambil untuk diperiksa. Tangan biasanya tetap di vagina untuk sekurangnya 30 detik. Pemeriksaan vagina manual telah sah dan tidak menyebabkan kontaminasi bakteri uterus, menimbulkan phase respon protein akut atau menunda involusi uterus. Tetapi operator sadar bahwa vaginitis dan cervicitis mungkin memberikan hasil yang salah. Vaginoscopy dapat dilakukan dengan menggunakan autoclavable plastik, metal atau disposable foil- lined cardboard vaginoscope, yang diperoleh adalah inspeksi dari isi vagina. Tetapi mungkin ada beberapa resistensi menggunakan vaginoscop karena dirasa tidak mudah, potensial untuk transmisi penyakit dan harganya. Alat baru untuk pemeriksaan mukus vagina terdiri dari batang stainless steel dengan hemisphere karet yang digunakan untuk mengeluarkan isi vagina.

1.2.6    FAKTOR RESIKO
Wanita sangat rentan terhadap endometritis setelah kelahiran atau aborsi. Dalam kedua setelah bersalin dan postabortal negara, risiko meningkat karena dari os serviks terbuka, kehadiran jumlah besar darah dan puing-puing, dan instrumentasi rahim.

Faktor-faktor risiko utama untuk obstetri endometritis meliputi:

- Cesarean pengiriman (terutama jika sebelum 28 minggu kehamilan)
- Berkepanjangan sindrom
- Tenaga kerja yang panjang dengan beberapa pemeriksaan vagina
- Parah penyakit bernoda cairan amniotik
- Penghapusan plasental manual [3]
- Ekstrem dari pasien usia
- Status sosial ekonomi rendah

Faktor-faktor risiko kecil meliputi:

- Tidak adanya steker lendir leher rahim normal
- Administrasi beberapa kursus kortikosteron untuk pencegahan prematur pengiriman
- Berkepanjangan internal janin pemantauan
- Berkepanjangan operasi
- Anestesi umum
- Anemia setelah bersalin

Faktor-faktor berikut meningkatkan risiko endometritis secara umum:

- Keberadaan perangkat intrauterine: bagian vagina dari perangkat bisa berfungsi sebagai lagu organisme untuk naik ke rahim
- Kehadiran menstruasi cairan dalam rahim
- Terkait cervicitis sekunder untuk gonore atau infeksi Chlamydia
- Terkait bakterial vaginosis [4, 5]
- Sering douching
- Aktivitas seksual yang tidak dilindungi
- Beberapa mitra seksual
- Ectopy leher

http://obstetriginekologi.blogspot.com/2012/04/pengertian-endometritis-dan.html

1.2.7    KOMPLIKASI
Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah sebagai berikut:

- Luka infeksi
Infeksi luka biasanya terjadi pada hari kelima pasca operasi sebagai demam menetap meskipun pasien mendapat terapi antimikroba yang adekuat. Biasanya dijumpai eritema, indurasi, dan drainase insisi. (Obstetri William, hal 358)

- Karena peritonitis
Peritonitis pasca sesar mirip dengan peritonitis bedah, kecuali rigiditas abdomen biasanya tidak terlalu mencolok karena peregangan abdomen yang berkaitan dengan kehamilan. Nyeri mungkin hebat. Jika infeksi berawal di uterus dan meluas hanya ke peritonium di dekatnya (peritonitis panggul),terapi biasanya medis. Sebaliknya peritonitis abdomen generalisata akibat cedera usus  atau nekrosis insisi uterus ,sebaiknya diterapi secara bedah . (Obstetri William, hal 359)

- Parametrial phlegmon
Pada sebagian wanita yang mengalami metritis setelah sesar , terjadi selulitis parametrium yang intensif. Hal ini menyebabkan terbentuknya daerah indursi yang disebut flegmon, di dalam lembar-lembar ligamentum latum (parametria)atau dibawah lipatan kandung kemih yang berada di atas insisi uterus. Selulitis ini umumnya unilateral dan dapat meluas ke lateral ke dinding samping panggul. Infeksi ini harus dipertimbangkan jika demam menetap setelah 72 jam meskipun pasien sudah mendapat terapi untuk endomiometritis pasca sesar.(Obstetri William hal 359)

- Panggul abses
Flegmon parametrium dapat dapat mengalami supurasi,membentuk abses ligamentum latum yang fluktuatif. Jika abses ini pecah , dapat timbul peritonitis yang mengancam nyawa. Dapat dilakukan drainase abses dengan menggunakan tuntunan computed tomography , kolpotami, atau  melalui abdomen, bergantung pada lokasi abses.  (Obstetri William hal 359)

- Abses subfasia dan Terbukanya jaringan parut uterus
Kompilkasi serius endometritis pada wanita yang melahirkan sesaradalah terbukanya insisi akibat infeksi nekrosis disertai perluasan ke dalam ruang subfasia di sekitar dan akhirnya pemisahan insisi fasia . hal ini bermanifestasi sebagai drainase subfasia pada wanita dengan demam lama. Di perlukan eksplorasi bedah dan pengangkatan uterus yang terinfeksi. (Obstetri William hal 360)

- Septik panggul thrombophlebitis
Di dahului oleh infeksi bakteri di tempat implantasi plasenta atau insisi uterus. Infeksi dapat meluas di sepanjang rute vena dan munkin mengenai vena-vena di ovarium.(Obstetri william hal 365)

Penyebaran infeksi dari endometrium tabung saluran indung telur, indung telur atau rongga peritoneal dapat mengakibatkan, salpingitis, oophoritis, karena peritonitis lokal atau abses tubo ovarium. Salpingitis kemudian mengarah ke tubal dysmotility dan pelekatan yang mengakibatkan infertilitas, insiden yang lebih tinggi dari kehamilan ektopik, dan kronis nyeri panggul.
1.2.8 TERAPI DAN PENATALAKSANAANYA

Rencana yang harus dilakukan pada pasien endometritis adalah dengan memberikan beberapa terapi dan dilaksanakan sebagai berikut:
Terapi endometritis, dapat dilakukan melalui pemberian antibiotik sistemik, irigasi rahim, pemberian hormon estrogen untuk menginduksi respon rahim, dan injeksi prostaglandin untuk menginduksi estrus [2][3]. Pengobatan yang direkomendasikan untuk endometritis yang agak berat adalah memperbaiki vaskularisasi dengan mengirigasi uterus mempergunakan antiseptik ringan seperti lugol dengan konsentrasi yang rendah. Irigasi diulangi beberapa kali dengan interval 2-3 hari. Antibiotik diberikan secara intra uterin dan intra muskular. Leleran dapat dikeluarkan dengan menyuntikkan preparat estrogen. Untuk endometritis ringan cukup diberikan antibiotika intra uterina[3].


1.      Endometritis Akut
Terapi:
a.       Pemberian uterotonika
b.      Istirahat, posisi/letak Fowler
c.       Pemberian antibiotika
d.      Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan diagnosa corpus carcinoma.  Dapat diberi estrogen.
2.      Endometritis Kronik
Terapi:
Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnosa dengan carcinoma corpus uteri, polyp atau myoma submucosa.  Kadang-kadang dengan kuretase ditemukan emndometritis tuberkulosa.  Kuretase juga bersifat terapeutik.
           
            Terapi endometritis pada pasien rawat jalan :
a.       Program menyusui
Klindamisin 450 mg setiap 6 jam selama 14 hari
b.      Program tidak menyusui
Doksisiklin 100mg per oral 2x/hari selama 14 hari
Metronidazol 500mg per oral 2x/hari selama 10-14 hari , dapat diberikan bersama doksisiklin.
( Linda wheeler 2004 hal 178)

PENATALAKSANAAN
·         Pada penderita endometritis ringan pasca persalinan normal pengobatan dengan antibiotika oral biasanya memberikan hasil yang baik.
·         Pada penderita sedang dan berat , termasuk panderita pasca secsio caesarea, perlu diberikan antibiotik spektrum luas secara intravena, dan biasanya penderita akan membaik dalam waktu 48 – 72 jam.
·         Bila setelah 72 jam demam tidak membaik perlu dicari dengan lebih teliti penyebabnya karena demam yang menetap ini jarang yang disebabkan oleh resistensi bakteri terhadap antibiotika atau suatu efek samping obat.
·         Penyulit endometritis yang sering menimbulkan demam yang menetap ini diantaranya parametrial flegmon, abses pelvis atau tempat insisi, infeksi pada hematom dan pelvik trombo flebitis. Oleh karenanya, pada kasus endometritis yang berat dan disertai penyulit perlu dipertimbangkan intervensi bedah untuk drainase abses atau evakuasi jaringan yang rusak.























BAB III. TINJAUAN KASUS
            ILUSTRASI KASUS
            Seorang ibu datang ketempat bidan yang bernama ani , berusia 28 tahun, ibu ini datang dengan keluhan nyeri pada perut, melahirkan 6 hari yang lalu,ini kelahiran anak keduanya, lokhea berbau menyengat. Ibu ani merasa takut terjadi apa – apa pada perutnya karena dia belum pernah merasakan hal seperti ini pada kelahiran anak pertamanya. Setelah dilakukan pemeriksaan, suhu ibu ani 38,5˚ celcius,nadi cepat,lendir vagina berwarna keputihan/kekuningan.



MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”A” POST PARTUM HARI KE ENAM DENGAN ENDOMETRITIS DI BPS FIDIA REJOTANGAN
TANGGAL 20 0KTOBER 2012.

       I.            PENGUMPULAN DATA
A.     IDENTITAS/ BIODATA
Nama istri                                                 : Ny”A”          
Umur                                                       : 28 Tahun      
Suku                                                         : Jawa      
Bangsa                                                     : Indonesia      
Agama                                                      :Islam
Pendidikan                                               : Tamat SMA
Pekerjaan                                                 : Guru SMA
Alamat                                                     : Rejotangan 02/03 Tulungagung

Nama suami                                              : Tn”Y”
Umur                                                       : 29 tahun
Suku                                                        : Jawa
Bangsa                                                      : Indonesia
 Agama                                                     : Islam
Pendidikan                                                : SMA
Pekerjaan                                                  : Wiraswasta
Alamat                                                      : Rejotangan 02/03 Tulungagung

Nama keluarga yang bisa dihubungi         : Ny “ H”
Hubungan                                                 : Saudara kandung
Alamat                                                      : Rejotangan 02/03 Tulungagung
No telp                                                      : 081922543254

B.     DATA SUBJEKTIF
Pasien masuk keruang nifas pada tgl/jam: 20 Oktober 2012/ 09.00 WIB                    
Didata tanggal                                                  : 20 Oktober 2012/ 09.10 WIB
  1. Alasan datang berkunjung                   : Perawatan dan pemeriksaan postpartum
  2. Keluhan utama                                     : Ibu datang kebidan mengaku habis melahirkan 6 hari yang lalu secara normal anak ke 2, ibu mengeluh nyeri pada perut,lochea berbau menyengat,suhu badan panas sejak 3 hari yang lalu.
  3. Riwayat menstruasi
Haid pertama                                                   : 13 tahun
Siklus                                                               : 1x 28 hari
Banyaknya                                                       : 2-3 kali ganti duk
Lamanya                                                          : 7 hari
Warnanya                                                        : Merah tua
Sifatnya                                                           : Encer
Teratur                                                             :Teratur
Dismenore                                                       : Tidak ada

  1. Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu
No
Tgl Lahir
Usia Kehamilan
Jenis Persalinan
Tempat Persaliana
komplikasi
Bayi
Ibu
Ibu
Bayi
JK
BB/PB
KU
Lochea
Laktasi
1
     


2
3 tahun

ini
Aterm
Spontan
BPS
Tdk ada



Tdk ada
Laki-laki
3000gram/ 50 cm
baik
normal
Asi 2 tahun

  1. Riwayat persalinan sekarang
IBU
a.    Tempat persalinan sekarang                                    : BPS
b.    Jenis persalinan sekarang                            : Spontan
c.    Lamanya persalinan
Kala I                                                          : 2 jam 30 menit
KalaII                                                          : 30 menit
Lamanya dipimpin meneran                                    : 15 menit
Ketuban pecah                                            : Spontan,jernih,tidak berbau,jumlah 500cc
d.    Persalinan ditolong                                      : bidan
e.    Plasenta                                                       :Lengkap,panjang tali pusat 50 cm, berat plasenta 500gram
f. perinium                                                       : laserasi ada, derajat 2
g.    Perdarahan                                                 
Kala I                                                        : 50 cc
Kala II                                                      : 25 cc
Kala III                                                     : 150 cc
Kala IV                                                     : 100 cc

BAYI
1.    Lahir,tanggal,jam                                         : 14 oktober 2012/ 13.00 WIB
2.    Jenis kelamin                                              : Perempuan
3.    BB,PB,APGAR                                           : 3200,50,8/9
4.    Molase                                                        : Tidak ada
5.    Kelainan                                                      : Tidak ada
6.    Masa gestasi                                                 : Aterm
  1. Pola makan
a.    Makan dan minum terakhir                         :  Ada , tanggal 14 Oktober jam 10.00 wib
b.    Jenis                                                                        : 1 prg nasi, 1 mgkok sayur, 1 ptg lauk, 1 gelas air putih
c.    Masalah                                                       : Tidak ada masalah
  1. Pola eliminasi
a.    BAB Terakhir
Frekwensi                                                    : 1 x sehari
Warna                                                         : Kuning kecoklatan
Konsistensi                                                  : Lunak
Keluhan                                                      : Tidak ada keluhan
b.    BAK terakhir
Frekwensi                                                    : 6-7 x sehari
Warna                                                         : kuning jernih
Keluhan                                                      : Tidak ada
  1. Pola istirahat
Lama istirahat dan tidur sebelum persalinan    : 7-8 jam                     
Lama istirahat dan tidur setelah persalinan       : 13.30 – 15.00 wib

  1. Riwayat kesehatan keluarga
a.    Jantung                                                        : Tidak ada
b.    Hipertensi                                                    : Tidak ada
c.    Ginjal                                                          : Tidak ada
d.    Diabetes melitus                                          : Tidak ada
e.    Asma                                                           :Tidak ada
f.     TBC                                                                        : Tidak ada
g.    Epilepsi                                                       :Tidak ada
  1. Riwayat kesehatan
a.    Riwayat penyakit yang pernah diderita
1)   Jantung                                                   : tidak ada
2)   Hipertens            i                                               :Tidak ada
3)   Ginjal                                                     : Tidak ada
4)   Diabetes melitus                                     : Tidak ada
5)   Asma                                                      : Tidak ada
6)   TBC                                                        : Tidak ada
7)   Epilepsi                                                  : Tidak ada
b.      Riwayat alergi                                                 : ibu tidak ada alergi obat dan makanan
c.       Riwayat tranfusi darah                                                : Tidak ada
d.      Riwayat pernah di operasi                               : Tidak ada
e.       Riwayat pernah kelainan jiwa                         : Tidak ada
  1. Riwayat kontrasepsi yang digunakan               :Belum pernah
  1. Personal higiene
Mandi                                                              : 1 x sehari
Gosok gigi                                                       :2 x sehari
Keramas                                                          : 1 x sehari
Ganti pembalut                                                :2 X sehari
Ganti pakaian                                                  : 2 x sehari
Perawatan payudara                                         : setiap kali mandi
  1. Olah Raga
Senam Nifas                                                    : Belum ada dilakukan
Frekwensi                                                        : Belum ada dilakukan
  1. Pola hidup Sehat
Merokok                                                          : Tidak ada
Alkohol                                                           : Tidak ada
Jamu                                                                : Tidak ada
  1. Keadaan sosial
a.    Perkawinan
1)   Status perkawinan                                  :Sah
2)   Perkawinan ke                                        : Pertama
3)   Kawin 1 tahun                                        : 2010
4)   Berapa lama baru hamil setelah kawin   :Satu bulan
b.    Kehamilan                                                   :Direncanakan
c.    Status emosional                                         :Stabil
d.    Respon ibu terhadap dirinya                                   :Baik
e.    Respon ibu terhadap bayinya                                  :Baik
f.     Respon keluarga terhadap bayinya              :Baik
g.    hubungan dengan keluarga                          :Ibu ditunggui oleh suaminya
h.    hubungan dengan tetangga dan masyarakat : Baik
i.      jumlah anggota keluarga                              :3 orang
  1. Keadaan ekonomi
a.    Penghasilan perbulan                                  :Rp. 900.000
b.    Penghasilan perkapita                                  :Rp.300.000
  1. Kegiatan spiritual                                             : Ibu ada melaksanakan sholat
C.     DATA OBJEKTIVE
1)                  PEMERIKSAAN UMUM
KU                                                                   :Gelisah
Kesadaran                                                        :CMC
Berat badan saat hamil                                     :69 kg
Berat badan sekarang                                       :56 kg
Tinggi badan                                                    :157 cm
LILA                                                                :28 cm

2)                  Tanda vital
Tekanan darah                                                 :130/90
Nadi                                                                 :92x/ menit
Pernafasan                                                       : 25x/menit
Suhu                                                                :38,50 derjat celcius
3)                  Pemeriksaan khusus
a.    Inspeksi
                           I.       kepala
Rambut                                                   :Hitam,bersih,tidak rontok,tidak berketombe
Mata                                                       :Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning
Muka                                                      :Tidak ada oedema
Mulut                                                      :Tidak ada stomatitis
Gigi                                                        :Tidak ada caries
II.       leher                                                 :Tidak ada pembesaran kalenjer tyroid dan limfe
III.        Dada
Mammae                                                :Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol
Aerola                                                    : hiperpigmentasi.
Benjolan                                                 :Tidak ada
Kalenjer montgomery                             :Ada
Pengeluaran asi                                       :Ada
Rasa nyeri/masalah                                 :Tidak ada
                      IV.    Punggung dan pinggang                            :Lordosis

                      V.     Abdomen
Inspeksi                                                  :tidak ada bekas luka operasi pada dinding uterus,striae tidak ada
Pembesaran                                            : Tidak sesuai involusi/ sub involusi uterus
Palpasi                                                    :TFU 2 jari dibawah pusat,nyeri tekan pada uterus
Auskultasi                                              :Bising usus(+)
                      VI.    Ektremitas atas                                          :Normal
                   VII.     Ektremitas bawah                                     :Normal
                 VIII.      Genitalia
Pengeluaran lochea                                 : Sanguilenta,berbau busuk
Perineum                                                  : keputihan berlebihan,ada nyeri tekan
b.    Perkusi
Refleks patella kanan                               : (+)
Reflek patella kiri                                     :(+)
c.    Pemeriksaan laboratorium                           :Tidak ada dilakukan

    II.            INTERPRETASI DATA
A.    DIAGNOSA
P2002 nifas hari ke 6 dengan masalah endometritis akut.
Dasar:
1.       Suhu 38 celcius
2.      Lokea berbau
3.      TFU 2 jari dibawah pusat

B.     MASALAH
Nyeri tekan pada abdomen terutama perut bagian bawah,ibu merasa cemas dengan keadaanya saat ini.

 III.            ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Diagnosa Potensial terjadinya sepsis ( infeksi menyebar) ,parametritis, dan abses pelvic
Masalah potensial berpotensial terjadi syok neurogenik
 IV.            IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Mandiri :
Pemberian antibiotik amphicilin 2 gr i.v
Kolaborasi untuk saat ini tidak dilakukan
    V.            INTERVENSI
DX : Ny. A P2002 post partum hari ke 6 ada masalah nyeri pada perut
Tujuan : masa nifas bertujuan normal
Keadaan umum : gelisah
Kesadaran : kompos mentis
TTV :   Tekanan darah                                                 :130/90
Nadi                                                                 :92x/ menit
Pernafasan                                                       : 25x/menit
Suhu                                                                :38,50 derjat celcius
            TFU 2 jari dibawah pusat
Sub Involusi uterus (tidak sesuai),
Uterus teraba besar dan lembek
Kontraksi uterus lemah
Pengeluaran lokea sanguileta berbau menyengat
Lendir vagina berlebih
ASI lancar tidak ada pembendungan

INTERVENSI
1.      Lakukan hubungan terapeutik dengan pasien
2.      Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini
3.      Ajarkan pada ibu cara mengurangi rasa nyeri.
4.      Pemantauan cairan dan nutrisi
a) Jelaskan pada ibu tentang nutrisi yang cukup bagi ibu nifas
b) Anjurkan ibu untuk banyak minum
c) Beri terapi anti piretik untuk mengatasi demam
d) Anjurkan ibu untuk kontrol ulang setelah obat habis
e) Libatkan keluarga untuk membantu ibu memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
f) Observasi bila suhunya telah turun dan ibu tidak demam lagi
g) Evaluasi ibu tidak demam lagi dan tidak ada masalah potensial.
5.      Anjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan genetalia

 VI.            IMPLEMENTASI
DX : Ny. A P2002 post partum hari ke 6 ada masalah nyeri pada perut

1.      Melakukan hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga
2.      Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saaat ini yaitu ibu memasuki masa nifas hari keenam, namun kontraksinya masih lemah dan uterusnya masih tinggi. suhu tubuh 38,5 oC
3.      Menjelaskan pada ibu untuk istirahat
·         Mempersiapkan alat (2 buah kom sedang masing-masing diisi dengan air hangat dan dingin, 2 buah waslap, 2 buah handuk
·         Membantu ibu untuk dalam posisi flower
·         Memberitahu ibu akan dilakukan pengompresan untuk mengurangi rasa nyeri pada perut bagian bawah.
·         Meminta ibu untuk melepas pakaian atas
·         Mengompres dengan air hangat untuk mengurangi stasis pada pembuluh darah danmengurangi rasa nyeri, dilakukan selang-seling dengan kompres dingin
·         Merapikan ibu dan membantu ibu memakai pakaian
·         Membereskan alat dan mencuci tangan.

4.       Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya pemenuhan keutuhan nutrisi bagi ibu nifas seperti mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein, mineral, vitamin, cukup (sayur-sayuran, tempe, tahu, telur, ikan, buah-buahan, apabila ibu mampu membeli susu dan mencobanya walau tidak suka susu)
5.      Menjelaskan dan menganjurkan ibu untuk minum 3 liter setiap hari(8-12 gelas setiap hari) untuk mencegah dehidrasi dan menurunkan panas dengan adanya peningkatan pengeluaran urine
6.      Membantu ibu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan melibatkan keluarganya seperti pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisinya
7.      Memberitahu  ibu bahwa jahitannya masih basah dan menganjurkan ibu untuk menjagakebersihan alat kelamin dengan cara : cebok dengan sabun kemudian dibilas degan air mengalir sampai bersih dari depan ke belakang, kompres jahitan dengan kassa betadin 1-2 menit / terasa perih supaya jahitan lekas kering dan tak infeksi, ganti pembalut sebelumpenuh, serta tidak terlalu sering menyentuh jahitan.Ibu mengerti cara menjaga kebersihan alat kelamin dan akan melaksanakan sesuaianjuran bidan.
8.       Megobservasi apakah ibu sudah dapat nengurangi nyeri, melakukan ambulasi dini dengan atau tanpa bantuan keluarga dan observasi suhu badan ibu
9.       Mengevaluasi keadaan ibu apakah sudah bisa melakukan ambulasi dini dan tidak nyeri lagi pada perut
10.  Memberikan terapi antipiretik
·         parasetamol 3x1mg untuk mengatasi demam
·         amphicilin 3x 2 mg
·         Klindamisin 450 mg setiap 6 jam selama 14 hari
·         Gentamicin
11.   Mengevaluasi keadaan ibu apakah tidak demam lagi dan tidak merasa nyeri

VII.            EVALUASI
Tanggal : 20 oktober 2012                  jam : 09.30
Dx: Ny. A P2002 post partum hari ke 6 ada masalah nyeri pada perut

S          : ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan bidan
O         : Keadaan umum : gelisah
Kesadaran : kompos mentis
TTV :   Tekanan darah                                                 :130/90
Nadi                                                                 :92x/ menit
Pernafasan                                                       : 25x/menit
Suhu                                                                :38,50 derjat celcius
            TFU 2 jari dibawah pusat
            Sub involusi uteri
Uterus teraba besar dan lembek
            Kontraksi uterus lemah
            Pengeluaran lokea sanguileta berbau menyengat
            Lendir vagina berlebih
ASI lancar tidak ada pembendungan
A         : Ny. A P2002 post partum hari ke 6 dengan endometritis ,kontraksi lemah , TFU 2 jari dibawah pusat, lochea berbau busuk
P          :  - intervensi dilanjutkan
            - Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
            - Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri
            - Anjurkan ibu untuk makan dan minum yang adekuat
            - Anjurkan ibu untuk minum antibiotik yang diberikan bidan dengan rajin
            - Anjurkan ibu untuk mengompres lagi jika perut terasa sakit seperti yang diajarkan oleh bidan
                        - Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang jika obatnya telah habis
                       












Bab IV: PENUTUP

*      KESIMPULAN
Radang selaput lendir rahim atau endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi.

Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
Endometritis ini terjadi karena karena kurangnya kesadaran ibu nifas dalam hal perrsonal  higiene dan merawat luka perineum. Padahal infeksi ini dalam jangka pendek dapat menyebabkan terjadinya penurunan kesuburan dan dalam jangka panjang menggannggu sistem reproduksi karena perubahan saluran reproduksi. Pengobatan dan penanganan yang tepat sangat dibutuhkan dalam kasus ini.

*      SARAN
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demii sempurnanya makalah yang penulis susun.















DAFTAR PUSTAKA

·         Leveno,kenneth J . 2009 . Obstetri Williams . Jakarta : EGC
·         Wheeler,Linda . 2004 . Buku saku asuhan pranatal dan pascapartum . Jakarta : EGC
·         Bagian obstetri & ginekologi fakultas kedokteran universitas padjajaran bandung . 2010 . bandung : Elstar Offset
·          Mansjoer,Arif dkk , 2001. Kapita selekta kedokteran . Jakarta : EGC
·         Prawirohardji,Sarwono. 2010. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : EGC
·         Sudarti,Fauziah Afroh . 2010 . Buku ajar dokumentasi kebidanan . Jogjakarta : medical book