Kamis, 19 Desember 2013



BAB 1
PENDAHULUAN
                                     
1.1    LATAR BELAKANG
Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang sudah tak asing lagi ditelinga. Berbagai jenis kasus baru ditemukan, namun jenis kasus kanker  yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. jenis kanker ini merupakan jenis kanker nomor dua yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia dan juga merupakan kanker kedua yang paling paling beresiko  menyebabkan kematian.
Diperkirakan setiap harinya terjadi 40-45 orang didiagnosis mengidap kanker serviks di Indonesia dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Tingginya angka ini biasanya disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kesadaran akan bahaya kanker serviks.
Pada beberapa wanita, strain HPV yang terkait dengan kanker serviks mempengaruhi sel-sel leher rahim. Hal ini membuat mereka lebih mungkin untuk menjadi abnormal yang kemudian mungkin (biasanya tahun kemudian) berubah menjadi sel kanker. Dalam waktu dua tahun, 9 dari 10 infeksi HPV akan menghilang sepenuhnya dari tubuh. Ini berarti bahwa kebanyakan wanita yang terinfeksi strain HPV tidak terkena kanker.
Vaksin HPV baru ini telah diperkenalkan untuk anak perempuan dari usia 12 di Inggris. Penelitian telah menunjukkan bahwa vaksin HPV sangat efektif untuk menghentikan kanker leher rahim dari berkembang. Vaksin ini telah terbukti bekerja lebih baik untuk orang-orang yang diberi vaksin ketika mereka muda, sebelum mereka aktif secara seksual, dibandingkan dengan bila diberikan kepada orang dewasa. Oleh karena demikian pada makalh ini akan dibahas tentang kanker servik.     

1.2    RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan kanker servik ?
2.      Penyebab apa saja yang mempengaruhi terjadi kanker servik ?
3.      Apa saja ciri – ciri wanita yang mengalami kanker servik ?
4.      Bagaimana diagnosa terjadinya kanker servik ?
5.      Bagaimana cara mencegah kanker servik ?
6.      Pengobatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker servik ?

1.3    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian dari kaknker servik.
2.      Untuk mengetahui penyebab terjadinya kanker servik.
3.      Untuk mengetahui ciri – ciri wanita yang mengalami kanker servik.
4.      Untuk mengetahui apa saja diagnosa penyakit kanker servik.
5.      Untuk mengetahui pencegahan kanker servik.   
6.      Untuk mengetahui pengobatan kanker servik.

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KANKER SERVIK
Kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker mulut rahim merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak ditakuti kaum wanita. Berdasarkan data yang ada, dari sekian banyak penderita kanker di Indonesia, penderita kanker serviks mencapai sepertiga nya. Dan dari data WHO tercatat, setiap tahun ribuan wanita meninggal karena penyakit kanker serviks ini dan merupakan jenis kanker yang menempati peringkat teratas sebagai penyebab kematian wanita dunia.
Kanker serviks menyerang pada bagian organ reproduksi kaum wanita, tepatnya di daerah leher rahim atau pintu masuk ke daerah rahim yaitu bagian yang sempit di bagian bawah antara kemaluan wanita dan rahim.

2.2 PENYEBAB KANKER SERVIK
Human papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab dari kanker serviks. Sedangkan penyebab banyak kematian pada kaum wanita adalah virus HPV tipe 16 dan 18. Virus ini sangat mudah berpindah dan menyebar, tidak hanya melalui cairan, tapi juga bisa berpindah melalui sentuhan kulit. Selain itu, penggunaan wc umum yang sudah terkena virus HPV, dapat menjangkit seseorang yang menggunakannya jika tidak membersihkannya dengan baik.
Selain itu, kebiasaan hidup yang kurang baik juga bisa menyebabkan terjangkitnya kanker serviks ini. Seperti kebiasaan merokok, kurangnya asupan vitamin terutama vitamin c dan vitamin e serta kurangnya asupan asam folat. Kebiasaan buruk lainnya yang dapat menyebabkan kanker serviks adalah seringnya melakukan hubungan intim dengan berganti pasangan, melakukan hubungan intim dengan pria yang sering berganti pasangan dan melakukan hubungan intim pada usia dini (melakukan hubungan intim pada usia <16 tahun bahkan dapat meningkatkan resiko 2x terkena kanker serviks). Faktor lain penyebab kanker serviks adalah adanya keturunan kanker, penggunaan pil KB dalam jangka waktu yang sangat lama, terlalu sering melahirkan. Merokok, bahan kimia dari rokok dicatat di aliran darah dan dapat mempengaruhi sel-sel dalam tubuh.
Perokok 2 x lebih mungkin dibandingkan non-perokok untuk mengembangkan kanker serviks. Secara khusus, jika Anda merokok dan memiliki infeksi HPV, risikonya lebih besar. Sistem kekebalan tubuh yang buruk. Misalnya, orang dengan AIDS atau orang yang memakai obat imunosupresan memiliki peningkatan risiko. (Jika sistem kekebalan tubuh tidak bekerja sepenuhnya maka Anda kurang mampu untuk menangani infeksi HPV dan sel-sel abnormal dan Anda lebih berisiko terkena kanker serviks.) . Ada kemungkinan adanya hubungan antara pil KB kombinasi (COCP) – juga dikenal sebagai pil – dan sedikit peningkatan risiko kanker serviks jika pil diambil selama lebih dari delapan tahun.

            2.3 CIRI-CIRI PEREMPUAN MENDERITA KANKER SERVIK
Kanker serviks membutuhkan proses yang sangat panjang yaitu antara 10 hingga 20 tahun untuk menjadi sebuah penyakit kanker yang pada mulanya dari sebuah infeksi. Oleh karena itu, saat tahap awal perkembangannya akan sulit untuk di deteksi. Oleh karena itu di sarankan para perempuan untuk melakukan test pap smear setidaknya 2 tahun sekali, melakukan test IVA (inspeksi visual dengan asam asetat, dll. Meskipun sulit untuk di deteksi, namun ciri-ciri berikut bisa menjadi petunjuk terhadap perempuan apakah dirinya mengidap gejala kanker serviks atau tidak:
1.      Saat berhubungan intim selaku merasakan sakit, bahkan sering diikuti pleh adanya perdarahan.
2.      Mengalami keputihan yang tidak normal disertai dengan perdarahan dan jumlahnya berlebih
3.      Sering merasakan sakit pada daerah pinggul
4.      Mengalami sakit saat buang air kecil
5.      Pada saat menstruasi, darah yang keluar dalam jumlah banyak dan berlebih
6.      Saat perempuan mengalami stadium lanjut akan mengalami rasa sakit pada bagian paha atau salah satu paha mengalami bengkak, nafsu makan menjadi sangat berkurang, berat badan tidak stabil, susah untuk buang air kecil, mengalami perdarahan spontan.

2.4 DIAGNOSA KANKER SERVIK
Seorang dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan vagina jika mengalami gejala yang mungkin dapat menjadi kanker serviks. Dia mungkin merasakan leher rahim yang abnormal. Jika kanker serviks dicurigai, biasanya Anda akan dirujuk untuk kolposkopi.
Kolposkopi adalah pemeriksaan yang lebih rinci leher rahim. Untuk tes ini, spekulum dengan lembut dimasukkan ke dalam vagina sehingga serviks dapat terlihat. Dokter menggunakan kaca pembesar (colposcope) untuk melihat leher rahim lebih terinci. Ujian ini memakan waktu sekitar 15 menit. Selama kolposkopi itu adalah biasa untuk mengambil sepotong kecil jaringan dari leher rahim (biopsi). Sampel biopsi kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk mencari sel-sel kanker.
v  Penilaian Tingkat dan Penyebaran
Jika diri Anda ditemukan memiliki kanker serviks maka pemeriksaan lebih lanjut mungkin disarankan untuk menilai apakah kanker telah menyebar. Sebagai contoh, CT scan, MRI scan, dada sinar X, ultrasound scan, tes darah atau tes lainnya. Penilaian ini disebut stadium kanker. Tujuan dari pementasan adalah untuk mengetahui:
Ø Berapa banyak tumor telah berkembang, dan apakah telah tumbuh struktur terdekat lainnya seperti kandung kemih atau rektum.
Ø Apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening lokal (node).
Ø Apakah kanker telah menyebar ke area lain dari tubuh (metastasised).
Tes apa yang diperlukan tergantung pada penilaian awal dan hasil biopsi. Sebagai contoh, biopsi dapat menunjukkan bahwa kanker tersebut berada pada tahap sangat awal dan tetap hanya di sel-sel permukaan leher rahim. Hal ini tidak mungkin telah menyebar (metastasised) dan Anda mungkin tidak perlu tes lainnya.
Namun, jika kanker tampaknya lebih maju dan mungkin telah menyebar maka berbagai tes mungkin diperlukan. Mengetahui stadium kanker membantu dokter untuk memberi nasihat tentang pilihan pengobatan terbaik. Hal ini juga memberikan indikasi yang masuk akal dari pandangan (prognosis).
2.5 PENCEGAHAN KANKER SERVIK
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan kaum perempuan dalam hal mencegah kanker serviks agar tidak menimpa dirinya, antara lain:
1.      Jalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang cukup nutrisi dan bergizi
2.      Selalu menjaga kesehatan tubuh dan sanitasi lingkungan
3.      Hindari pembersihan bagian genital dengan air yang kotor
4.      Jika anda perokok, segera hentikan kebiasaan buruk ini
5.      Hindari berhubungan intim saat usia dini
6.      Selalu setia kepada pasangan anda, jangan bergonta-ganti apalagi diikuti dengan hubungan intim.
7.      Lakukan pemeriksaan pap smear minimal lakukan selama 2 tahun sekali, khususnya bagi yang telah aktif melakukan hubungan intim
8.      Jika anda belum pernah melakukan hubungan intim, ada baiknya melakukan vaksinasi HPV
9.      Perbanyaklah konsumsi makanan  sayuran yang kandungan beta karotennya cukup banyak, konsumsi vitamin c dan e.
Meskipun demikian, jika anda sudah terdeteksi mengidap kanker serviks, maka ada beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan. Jika terdeteksi kanker serviks stadium awal, maka pengobatannya dilakukan dengan cara menghilangkan kanker serviks tersebut dengan cara dilakukan pembedahan, baik pembedahan laser, listrik atau dengan cara pembekuan dan membuang jaringan kanker serviks (cyrosurgery)
Untuk kasus kanker serviks stadium lanjut akan dilakukan pengobatan dengan cara kemoterapi serta radioterapi, namun jika sudah terdeteksi cukup parah, tiada lain kecuali dengan mengangkat rahim (histerektomi) secara menyeluruh agar kanker tidak berkembang.

2.6 PENGOBATAN KANKER SERVIK
Pilihan pengobatan yang dapat dipertimbangkan meliputi operasi, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi dari perawatan ini. Perlakuan disarankan untuk setiap kasus tergantung pada berbagai faktor. Misalnya, tahap kanker (seberapa besar tumor kanker primer dan apakah telah menyebar), dan kesehatan .
Selain itu harus memiliki diskusi lengkap dengan spesialis yang mengetahui kasus. Mereka akan dapat memberikan pro dan kontra, tingkat keberhasilan mungkin, kemungkinan efek samping, dan rincian lain tentang berbagai pilihan pengobatan yang mungkin untuk jenis dan tahap kanker.  Juga harus membicarakan dengan spesialis tujuan pengobatan.
Dalam beberapa kasus, pengobatan bertujuan untuk menyembuhkan kanker. Beberapa kanker serviks dapat disembuhkan, terutama jika mereka diperlakukan pada tahap awal penyakit. (Dokter cenderung menggunakan pengampunan kata daripada kata sembuh. Remisi berarti tidak ada bukti pengobatan kanker berikut. Jika Anda berada di remisi, Anda mungkin disembuhkan. Namun, dalam beberapa kasus, kanker kembali bulan atau tahun kemudian. Inilah sebabnya mengapa dokter terkadang enggan untuk menggunakan kata sembuh.)
Dalam beberapa kasus, pengobatan bertujuan untuk mengendalikan kanker. Jika obat tidak realistis, dengan pengobatan sering mungkin untuk membatasi pertumbuhan atau penyebaran kanker sehingga berlangsung kurang cepat. Ini mungkin membuat Anda bebas dari gejala selama beberapa waktu.
Dalam beberapa kasus, pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala. Misalnya, jika kanker sudah lanjut maka Anda mungkin memerlukan terapi seperti obat penghilang rasa sakit atau perawatan lain untuk membantu Anda tetap bebas dari rasa sakit atau gejala lainnya. Beberapa pengobatan dapat digunakan untuk mengurangi ukuran kanker, yang dapat meringankan gejala seperti rasa sakit.
1.      Operasi
Operasi untuk menghapus leher rahim dan rahim (histerektomi) adalah pengobatan umum. Jika kanker pada tahap dini dan belum menyebar maka pembedahan saja dapat kuratif. Dalam beberapa kasus, dimana kanker berada pada tahap yang sangat awal, mungkin mungkin untuk hanya menghapus bagian dari leher rahim yang terkena kanker tanpa menghapus seluruh rahim. Ini berarti bahwa Anda masih bisa punya anak.
Jika kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh, operasi masih mungkin disarankan, sering di samping perawatan lainnya. Sebagai contoh, dalam beberapa kasus dimana kanker telah menyebar ke struktur terdekat lainnya, operasi yang luas dapat menjadi pilihan. Ini mungkin untuk menghapus tidak hanya leher rahim dan rahim tetapi juga struktur di dekatnya yang mungkin telah menjadi terpengaruh seperti kandung kemih dan / atau usus.
Bahkan jika kanker adalah maju dan obat tidak mungkin, beberapa teknik bedah mungkin masih memiliki tempat untuk meringankan gejala. Misalnya, untuk meringankan penyumbatan usus atau saluran kemih yang disebabkan oleh penyebaran kanker.
2.      Radioterapi
Radioterapi adalah pengobatan yang menggunakan energi tinggi sinar radiasi yang difokuskan pada jaringan kanker. Ini membunuh sel kanker, atau sel-sel kanker berhenti berkembang biak. (Lihat brosur terpisah yang disebut Radioterapi untuk rincian.) Radioterapi saja dapat bersifat kuratif untuk tahap awal kanker serviks dan dapat menjadi alternatif untuk operasi. Untuk kanker yang lebih maju, radioterapi mungkin disarankan di samping perawatan lainnya. Dua jenis radioterapi digunakan untuk kanker serviks – eksternal dan internal. Dalam banyak kasus kedua jenis tersebut digunakan:
Ø  Eksternal radioterapi. Di sinilah radiasi ditargetkan pada kanker dari mesin. (Ini adalah jenis umum radioterapi digunakan untuk berbagai jenis kanker.)
Ø  Radioterapi internal (brachytherapy). Perawatan ini melibatkan menempatkan implan radioaktif kecil di sebelah tumor kanker (dalam vagina) untuk waktu yang singkat.
Bahkan jika kanker adalah maju dan obat tidak mungkin, radioterapi mungkin masih memiliki tempat untuk meringankan gejala. Misalnya, radioterapi dapat digunakan untuk mengecilkan tumor sekunder yang telah berkembang di bagian lain dari tubuh dan menyebabkan rasa sakit.
3.      Kemoterapi
Ini adalah pengobatan menggunakan obat anti-kanker yang membunuh sel kanker, atau menghentikan mereka dari mengalikan. Lihat leaflet disebut dengan Kemoterapi Obat sitotoksik untuk rincian. Kemoterapi dapat diberikan di samping radioterapi atau operasi dalam situasi tertentu.
Ø  Prospek (Prognosis)
Prospek yang terbaik pada mereka yang didiagnosis ketika kanker hanya terbatas pada leher rahim dan belum menyebar. Pengobatan dalam situasi ini memberi kesempatan yang baik obat untuk 8-9 wanita dari 10. Bagi wanita yang didiagnosis ketika kanker telah menyebar, obat cenderung kurang tapi masih mungkin. Bahkan jika obat tidak mungkin, pengobatan sering dapat memperlambat perkembangan kanker.
Pengobatan kanker merupakan daerah berkembang kedokteran. Pengobatan baru terus dikembangkan dan informasi pada pandangan di atas sangat umum. Para spesialis yang mengetahui kasus Anda dapat memberikan informasi lebih akurat tentang pandangan tertentu, dan seberapa baik jenis dan stadium kanker adalah mungkin untuk merespon pengobatan.



























BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Kanker serviks menyerang pada bagian organ reproduksi kaum wanita, tepatnya di daerah leher rahim atau pintu masuk ke daerah rahim yaitu bagian yang sempit di bagian bawah antara kemaluan wanita dan rahim. Human papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab dari kanker serviks. Sedangkan penyebab banyak kematian pada kaum wanita adalah virus HPV tipe 16 dan 18. Oleh karena itu harus dilakukan pencegahan maupun pengobatan secara dini untuk menghindari terjadinya kanker servik tersebut.

3.2  SARAN
Kanker serviks membutuhkan proses yang sangat panjang yaitu antara 10 hingga 20 tahun untuk menjadi sebuah penyakit kanker yang pada mulanya dari sebuah infeksi. Oleh karena itu, saat tahap awal perkembangannya akan sulit untuk di deteksi. Oleh karena itu di sarankan para perempuan untuk melakukan test pap smear setidaknya 2 tahun sekali, melakukan test IVA (inspeksi visual dengan asam asetat, dll. Meskipun sulit untuk di deteksi, namun ciri-ciri berikut bisa menjadi petunjuk terhadap perempuan apakah dirinya mengidap gejala kanker serviks atau tidak.











DAFTAR PUSTAKA

1.      Clamidya.blogspot.com
2.      InfoKesehatan.com

Jumat, 16 Agustus 2013

postmatur



LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny. “S” G2 P0A1 UK 42 MINGGU
DENGAN POST DATE DI RS AMELIA
PARE KEDIRI

OLEH KELOMPOK :
1.      SULIS SETYANINGSIH                       (201102078)
2.      SUSILOWATI                             (201102079)
3.      TITIN FIDYAWATI                   (201102080)

STIKES KARYA HUSADA
PARE KEDIRI
PRODI D3 KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2013


BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN POSTMATUR


A.    DEFINISI
Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu ,kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, postdate/ post datisme/ pasca maturitas adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu(294 hari) atau lebih , dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (WHO 1977, FIGO 1986)
(Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo,686)
Persalinan postmatur adalah persalinan dari kehamilan yang melewati 294 hari atau42 minggu. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia kehamilan denganrumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus uteri
 ( Kapita Selekta Kedokteran jilid 1)
Menurut Manuaba (1998), kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari Pertama haid terakhir.
Menurut Muchtar (1998), kehamilan postmatur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu, dihitung berdasarkan rumus Neagele dengan siklus haid rata – rata 28 hari.
Menurut Parwirohardjo (2005), kehamilan lewat waktu atau post term adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu.
Sedangkan menurut Ida Bagus Gde Manuaba kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu belum terjadi persalinan.
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan persalinan postmatur/postdate/serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu.

B.     ETIOLOGI
Etiologi belum diketahui  secara pasti namun faktor yang dikemukaan adalah
Ø  Masalah ibu
1.      Teori Progesteron, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Rustam, 1998).
2.      Servik belum matang dan kecemasan ibu : pada kehamilan lewat waktu , otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim (Manuaba, 1998).
3.      Teori oksitosin : pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan postterm
4.      Faktor hereditas : bilamana seorang ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan , maka besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan postterm
5.      Insufisiensi plasenta
Ø  Masalah bayi
1.      Kelainan pertumbuhan janin : : tekanan ganglion servikalis akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keaadaan dimana tidak ada tekana pada fleksus ini, seperti kelainan letak , tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi semuanya diduga penyebab terjadinya kehamilan post term
2.      Oligohidramnion
C.     PATOFISIOLOGI
Hamil lebih dari 42 minggu
Kadar progesterone tidak cepat turun sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang
Akibatnya :
- Kontraksi uterus berkurang
- Persalinan tertunda
Penuaan plasenta sehingga tidak terjadi infusiensi (gangguan fungsi plasenta)
- Nutritional infusiensi mengakibatkan IUGR
- Respiratori infusiensi mengakibatkan hipoksia


D.    TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala tidak terlalu dirasakan, hanya dilihat dari tuanya kehamilan. Biasanya terjadi pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan hari pertama haid terakhir. Bila tanggal hari pertama haid terakhir di catat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar, namun bila wanita hamil lupa atau tidak tahu, hal ini akan sukar memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan USG dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban (Muchtar, 1998). Gerakan janin jarang ( secara subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau secara objektif kurang dari 10x / menit
Menurut Achdiat (2004), umur kehamilan melewati 294 hari/ genap 42 minggu palpasi bagian – bagian janin lebih jelas karena berkurangnya air ketuban. Kemungkinan dijumpai abnormalitas detak jantung janin, dengan pemeriksaan auskultasi maupun kardiotokografi (KTG). Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta diketahui dengan pemeriksaan USG.

E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Sujiyatini dkk (2009), pemeriksaan penunjang yaitu USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa tekanan dinilai apakah reaktif atau tidak ada dan tes tekanan oksitosin). Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik.
Menurut Mochtar (1998), pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan, seperti pemeriksaan berat badan ibu, diikuti kapan berkurangnya berat badan, lingkaran perut dan jumlah air ketuban. Pemeriksaan yang dilakukan seperti:
a)      Bila wanita hamil tidak tahu atau lupa dengan haid terakhir setelah persalinan yang lalu, dan ibu menjadi hamil maka ibu harus memeriksakan kehamilannya dengan teratur, dapat diikuti dengan tinggi fundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.
b)      Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter   biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban.
c)      Pemeriksaan berat badan ibu, dengan memantau kenaikan berat badan setiap kali periksa, terjadi penurunan atau kenaikan berat badan ibu.
d)     Pemeriksaan Amnioskopi dilakukan untuk melihat derajat kekeruhan air ketuban menurut warnanya yaitu bila keruh dan kehitaman berarti air ketuban bercampur mekonium dan bisa mengakibatkan gawat janin (Prawirohardjo, 2005).

F.      PENGARUH PERMASALAHAN KEHAMILAN POSTMATUR
Pengaruh terhadap Ibu dan Janin :
Ø  Terhadap Ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena :
a.       Aksi uterus tidak terkoordinir.
b.      Janin besar.
c.       Moulding kepala kurang.
Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikan angka mordibitas dan mortalitas.
Ø  Terhadap janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput, mengelupas lebar-lebar, sianosis, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya. Banyak bayi postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak
Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu masing-masing belum dapat ditentukan dengan pasti. Syndrome ini terjadi pada sekitar 10% kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta meningkat menjadi 33% pada 44 minggu. Oligohidramnion yang menyertainya secara nyata meningkatkan kemungkinan postmaturitas.



G.    KOMPLIKASI
a)      Menurut Mochtar (1998), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu:
(a)    Komplikasi pada Ibu
Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama, inersia uteri, atonia uteri dan perdarahan postpartum.
(b)   Komplikasi pada Janin
Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin bertambah besar, tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian janin dalam kandungan.
b)      Menurut Prawirohardjo (2006), komplikasi yang terjadi pada kehamilan  serotinus yaitu komplikasi pada Janin. Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti gawat janin, gerakan janin berkurang, kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan letak.
c)      Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi seperti : kelainan kongenital, sindroma aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan, bayi besar (makrosomia) atau pertumbuhan janin terlambat, kelainan jangka pangjang pada bayi.
H.    TANDA BAYI POSTMATUR
Tanda postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono Prawirohardjo) :
1.      Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2.      Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
3.      Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
4.      Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998)
    1. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)
    2. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
    3. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
    4. Verniks kaseosa di bidan kurang
    5. Kuku-kuku panjang
    6. Rambut kepala agak tebal
    7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
       I.            PENATALAKSANAAN

Pengelolaan kehamilan lewat waktu diawali dari umur kehamilan 41 minggu disebabkan meningkatnya pengaruh buruk pada keadaan perinatal setelah umur kehamilan 40 minggu dan meningkatnya insiden janin besar.
Pengelolaan persalinan :
 Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan tergantung dari derajat kematangan serviks.
Bila serviks matang (skor bishob > 5) dilakukan induksi persalinan asal tidak ada janin besar. Jika janin > 4000 gram dilakukan secetio saesaria.
 Pemantauan intra partum dengan menggunakan KTG dan kehadiran dokter spesialis anak, apalagi bila ditemukan mekonium mutlak diperlukan.
 Pada serviks belum matang (skor bishop <>
 NST dan penilaian volume kantong amnion. Bila keduanya normal, kehamilan dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan seminggu 2 kali.
 Bila ditemukan oligohidramnion (<>
 Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes dnegan kontraksi (CST) harus dilakukan. Hasil CST positif janin perlu dilahirkan. CST begatif kehamilan dibiarkan berlangsung dan penilaian dilakukan 3 hari lagi kemudian.
 Keadaan serviks (ekor bishop) harus dinilai ulang setiap kunjungan pasien dan kehamilan harus diakhiri bila serviks matang.
 Kehamilan lewat waktu dengan komplikasi seperti DM, Preeklamsia, kehamilan harus diakhiri tanpa harus memandang keadaan serviks.
Pengelolaan Intrapartum
 Pasien tidur miring sebelah kiri
 Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin
 Berikan oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal
 Perhatikan jalannya persalinan
 Segera setelah lahir bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan hipolikemi, hipovolemi, hipotermi dan polisitemi.




DAFTAR PUSTAKA
·         Prawirohadjo,sarwono. 2005. Ilmu kebidanan . jakarta : yayasan bina pustaka
·         Prawirohardjo,sarwono. Pelayanan kesehatan maternal neonatal . Jakarta: YBPSP
·         Pusdiknakes,depkes RI .1995. manajemen kebidanan. Depkes RI. Jakarta .
·         Varney ,Helen. 2006. Buku ajar asuhan kebidanan . Jakarta : EGC



























BAB II
TINJAUAN TEORI

       I.            PENGKAJIAN
A.    Data subyektif
a.       Nama:-
b.      Umur: usia lebih dari 35 tahun beresiko terjadinya post matur karena usia lebih dari 35 tahun system hormonal sudah menurun atau tidak berjalan dengan baik lagi.
c.       Agama:-
d.      Suku/bangsa: juga trdapat bukti bahwa lama gestasi bervariasi berdasarkan ras, juga mengakibatkan perdesaan dependen-ras dalam insiden lewat waktu ( Walsh, linda v.2007:463)
e.       Pendidikan: rata-rata ibu yang pendidikannya rendah tidak memeriksakan kebidan sehingga tidak tahu HPHT.
f.       Pekerjaan: -
g.      Penghasilan: jika pendapatan kurang dari cukup maka untuk memenuhi nutrisi untuk ibu dan janin kurang terpenuhi.
h.      Alamat:-
B.     Keluhan Utama
Rasa takut akibat terlambat lahir. Rasa takut menjalni operasi dengan akibatnya. (Manuaba,2001:226-227)
C.     Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga tidak berpengaruh terhadap persalinan postmatur
D.    Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit yang mempengaruhi kehamilan postmatur diantaranya gangguan psikologi, hormonal, kelainan anatomis alat kandungan, keluarga ada keturunan postmatur (Manuaba,1998:228)

E.     Riwayat Kebidanan
a.       Haid
HPHT harus dikaji dengan teliti untuk mengetahui usia gestasional dengan tepat ( Williams,1995:904)
Perhitungan usia kehamilan umumnya memakai rumus naegle tetapi selain pengaruh factor di atas masih ada factor siklus haid dan kesalahan perhitungan (Wiknjaksastro,2005:317)
b.      Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas lalu
Jika memiliki riwayat postmatur dikehamilan yang lalu maka kehamilan yang selanjutnya beresiko terjadi postmatur.
c.       Riwayat persalinan yang lalu
Jumlah kehamilan atau persalinan sebelumnya dan usia juga ikut mempengaruhi terjadinya postmatur
d.      Riwayat kontrasepsi
Mempergunakan kontrasepsi hormonal baik suntik KB atau pun pil KB juga bias membuat lupa hari pertama dari haid yang terakhir. (Kilapong,2009)
F.      Pola kebiasaan sehari-hari
a.       pola nutrisi
kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan janin kurang berjalan dengan normal sehingga terjadi kelainan pada janin.
b.      Pola eliminasi
pola eliminasi tidak berpengaruh terhadap persalinan postmatur
c.       Pola istirahat
pola istirahat ibu yang kurang akan mempengaruhi psikis ibu yang berdampak pada system hormonnya.
d.      Pola aktivitas
jika aktivitas ibu pasif maka akan sulit bagian terendah janin mengalami penurunan dan bisa juga mengalami kelainan letak.
e.       Personal hygine
personal hygiene tidak berpengaruh terhadap persalinan postmatur

f.       Seksualitas
pada kehamilan tua ibu tidak melakukan hubungan seksualitas karena takut terjadi kegawatan pada janin padahal sperma dapat membantu mempercepat kelahiran .
G.    Latar belakang social budaya
               Kebiasaan keluarga yang menghambat seperti tarak pada makanan akan menyebabkan kekurangan nutrisi sehingga berakibat oligohidramnion (kekurangan cairan ketuban)
H.    Spiritual
            Spiritual (ibadah) sangat diperlukan pada saat hamil untuk menumbuhkan rasa percaya diri saat menghadapi persalinan.
I.       Psikologis
Cemas karena kehamilan lewat waktu (acuhan nasional,2002:305)

B.     Data Obyektif
a.       Tanda- tanda vital
Dengan keadaan cemas tekanan darah ,nadi, dan respirasi menjadi meningkat dapat menyebabkan kegawatan pada janin sehingga dapat terjadi resiko  postmatur.
b.      Berat badan
Berat badan yang mendatar dan menurun bias terjadinya postmatur.
c. Pemeriksaan fisik
- inspeksi:
 jika TFU lebih rendah dari usia kehamilan bisa terjadi post matur.
gerakan janin dapat ditentukan secara subyektif ( normal rata-rata 7x/ 120
menit)(sarwono,1999:319)
-palpasi:
gerak janin menurun kemungkinan bisa terjadi postmatur, gerakan janin dapat
ditentukan secara subyektif ( normal rata-rata 7x/12menit)(sarwono,1999:319)
Kontraksi uterus berkurang merupakan tanda-tanda terjadinya postmatur.
LEOPOLD I
Menentukan tuanya kehamilan dari tinggi fundus uteri dan bagian apa yang terdpat di fundus
LEOPOLD II
Menetukan letak punggung anak
LEOPOLD III
Menentukan bagian janin yang di bawah dan bagian bawah tersebut sudah masuk PAP atau belum
LEOPOLD IV
Menetujkan bagian terbawah janin dan  seberapa jauh  masuknya bagian bawah kedalam pintu atas panggul.

-auskultasi: Djj cepat atau lambat bias mempengaruhi postmatur karena janin mengalami asfiksia.

d.  pemeriksaan menunjang
- Rontgenologik
Dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal femur bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter bipariental 9,8cm/lebih
-USG
Dengan USG kita dapat mengetahui ukuran diameter bipariental, gerak janin dan jumlah air ketuban.
-Kardiotokografi
Mengawasi dan membaca denyut jantung janin, karena insufiensi plasenta (Rustam, 1998:222)
-       Amnioskopi
Melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya air ketuban bias mengetahu apakah bayi mengalami asfiksi atau tidak, asfiksi salah satu penyebab kehamilan postmatur.
II. IDENTITAS DIAGNOSA
Diagnosa: GPAOAH umur kehailan .42 minggu dengan postmatur.

III. MASALAH POTENSIAL
Masalah yang mungkin terjadi pada kehamilan postmatur:
1.      Dengan kehamilan postmatur bisa mengakibatkan kematian pada janin dalam kandungan.
2.      Pada saat lahir bayi dapt mengalami asfiksia.
3.      Akan mengakibatkan banyak konflikasi persalinan dan pada bayi. Seperti distosia bahu, partus lama, kulit kriput pada bayi, sianosis dan maturitas lanjut karena bayi tersebut matanya terbuka

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
                    Bidan tidak berwenang menangani persalinan postmatur sehingga dilakukan rujukan ke dr. obgyne
V. PERENCANAAN
Diagnosa: GPAOAH umur kehailan .42 minggu dengan postmatur.
Tujuan: Dengan asuhan yang telah diberikan diharapkan ibu dapat memahami keadaannya dan ibu kooperatif denagn tindakan/terapi yang akan dilakukan agar bayi dapat lahir dengan selamat.
Kriteria Hasil: Kriteria-kriteria normal untuk memenuhi hasil sesuai dengan tujuan yang dicapai.
Intervensi : intervensi yang perlu dilakukan pada persalinan postmatur adalah tergantung dengan kondisi keadaan servik dan volume amnion.

VI. IMPLEMENTASI
                  Langkah pelaksanaan dalam asuhan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan. Baik secara mandiri, kolaborasi atau rujukan . pelaksanaan tindakan diupayakan dalam waktu yang singkat dan efektif, hemat dan berkualitas ( depkes RI 1995, 11)
VII. EVALUASI
·         Evaluasi adalah langkah akhir dari proses manajemen kebidanan
·         Tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana
·         Tujuan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan
( depkes RI 1995.11)

Dalam evaluasi harus dicantumkan juga
S: Data Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil melalui anamneses
O: Data Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian laboratorium tes, diagnosa yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asaament.
A: Asassment
Menggambarkan hasil analisa data dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi
1.      Diagnose/masalah
2.      Antisipasi diagnose lain/masalah potensial
P:  menggambarkan pendokumentasian, perencanaan, tindakan, evaluasi berdasarkan assasmen ( Depkes RI, 1995:7-10)















ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “S” G2 P0A1 UK 42 MINGGU
DENGAN POST DATE DI RS AMELIA
PARE KEDIRI

I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 08 Maret 2013 pukul : 10.00 WIB
Tanggal MRS :  08 Maret 2013  pukul : 23.30 WIB
Tempat Pengkajian :RS AMELIA PARE KEDIRI
No. Reg : 100823
  1. Data subyektif
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny.”S” Nama Suami : Tn.”G
Umur : 25 Tahun Umur : 29 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SLTA Pendidikan : STM
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta (pabrik)
Penghasilan : - Penghasilan : Rp 1.500.000,00
Alamat : Ds Bendo rt 02/03 pare
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan datang ke rumah sakit dengan suami,ibu mengatakan bahwa kehamilannya sudah lewat 13 hari dari perkiraan kelahiran.
3. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan sebelum hamil tidak pernah menderita penyakit sesak nafas (asma), batuk yang tidak sembuh-sembuh dan disertai darah (TBC) , tidak pernah menderita sakit kuning (Hepatitis), kencing manis (DM), darah tinggi (hipertensi), jantung, tidak pernah operasi, tidak pernah menderita penyakit akibat hubungan seksualitas seperti :Sipilis, Gonorhoe, condiloma accuminata, condilomamatalata, serta HIV/AIDS.
- Riwayat kesehatan sekarang
Ibu tidak sedang menderita sakit seperti pusing yang hebat (hipertensi), sesak nafas (asma), batuk yang lama dan berdarah (TBC), dan jantung. Tidak pernah sakit dengan gejala batuk yang lama lebih dari 1 bulan, kencing manis (DM), jantung, penyakit kuning (hepatitis), dan keputihan yang tidak kunjung sembuh, tidak pernah operasi, tidak pernah menderita penyakit akibat hubungan seksualitas seperti :Sipilis, Gonorhe, condiloma accuminata, condiloma matalata, serta HIV/AIDS.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga istri dan suami tidak ada yang menderita penyakit TBC, sakit kuning (hepatitis), kencing manis, jantung, darah tinggi, dan sesak nafas (asma), dan dalam keluarga tidak ada yang keturunan kembar.
5. Riwayat Kebidanan
 Haid
Menarche : Usia 13 thn
Siklus : Siklus 28-30 hari
Lama Haid : 7 – 8 hari
Warna : Hari pertama dan terakhir berwarna coklat, hari kedua selanjutnya berwarna merah segar.
Jumlah : Sehari ganti 2 – 3 softex / hari
Fluor albus : Kadang – kadang tidak berbau, tidak berwarna
Dismininorhea : Kadang-kadang 2 hari sebelum haid ibu merasakan nyeri perut.
Konsistensi : Encer kadang ada gumpalan.
HPHT : 18 mei 2012
 Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas lalu
Ibu mengatakan pertama kali hamil pada usia 23 tahun dan ibu mengalami keguguran pada usia kehamilan2 bulan dan ibu kuretase di RS.
 Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu mengatakan hamil yang kedua. Kehamilan sekarang berusia 42 minggu, sewaktu hamil muda ibu sering mual muntah di pagi hari dan napsu makan berkurang. Keluhan tersebut hilang setelah kehamilan 3 bulan. Ibu mulai merasakan gerakan janin sejak usia 5 bulan.Selama hamil ibu rutin periksa hamil ke bidan sebanyak 8 kali.Ibu sudah mendapatkan TT lengkap. Dan ibu mendapatkan penyuluhan tentang perawatan payudara dan kebutuhan nutrisi ibu hamil.

 Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah memakai alat KB apapun dan rencanya setelah melahirkan akan memakai KB suntik 3 bulan.
6. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a) Pola Nutrisi
Sebelum Hamil :
Ibu makan 3 kali sehari dengan porsi cukup terdiri dari nasi, sayur (Sawi, kangkung, bayam, kacang-kacangan) lauk (tempe, daging, telur, tahu) buah, minum air putih 6 – 7 gelas/ hari kadang minum susu atau teh manis 1 gelas/ hari
Saat Hamil :
Ibu makan 3 kali sehari dengan porsi sedang terdiri dari nasi, sayur (Sawi, kangkung, bayam, kacang-kacangan) lauk (tempe, daging, telur, tahu) buah, minum air putih 6 – 7 gelas/ hari, minum susu 2x sehari.
b) Pola Eliminasi
Sebelum hamil : BAB 1x sehari dan BAK 4-5x sehari.
Selama hamil : BAB 1x sehari dn BAK 6-7 x sehari.
c) Pola Istirahat
Sebelum hamil :
Ibu istirahat cukup, tidur malam mulai jam 21.00 bangun jam 05.00 pagi. Tidur siang 1 jam mulai jam 13.00 – 14.00.
Saat hamil.
Ibu mengatakan istirahat cukup, tidur malam mulai jam 21.00 bangun jam 05.00 pagi. Tidur siang 1 jam mulai jam 13.00 – 14.00.
d) Pola Aktifitas
Sebelum dan selama hamil ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel, memasak, mencuci, dll.
e) Personal Hygine
Sebelum hamil : Mandi 2 kali/ hari, keramas 2 hari sekali, gosok gigi 2 kali/ hari, ganti baju dan celana dalam 2 kali/ hari.
Saat hamil : Mandi 2 kali/ hari, keramas 2 hari sekali, gosok gigi 2 kali/ hari, ganti baju dan celana dalam 2 kali/ hari atau setiap kali terasa basah.
f) Seksual
Sebelum hamil : Ibu melakukan hubungan seksual dengan suaminya 3- 4x dalam seminggu.
Selama hamil : Ibu mengatakan jarang melakukan hubungan seksual karena ibu merasa tidak nyaman dan takut bila terjadi sesuatu. Pada 3 bulan pertama ibu melakukan hubungan seks dengan suaminya 1x dalam seminggu. Dan saat usia kehamilan 6 bulan keatas ibu melakukan hanya 1x dalam sebulan. Setelah melahirkan ibu akan melakukan hubungan seks dengan suaminya setelah 40 hari setelah melahirkan.
7. Latar Belakang Sosial Budaya
Ibu dan keluarga menganut adat Jawa, melakukan upacara selamatan brokohan untuk menyambut kelahiran bayi, upacara 7 bulan (tingkepan)dan dalam keluarga tidak ada adat berpantang terhadap satu makan tertentu, tidak pernah pijat kedukun, tidak minum jamu-jamuan dalam pengambilan keputusan dilakukan oleh suami, bila sakit ibu dan keluarga berobat kepetugas kesehatan.
8. Spiritual
Ibu dan keluarga beragama Islam, selalu taat beribadah dan berdo’a kepada Allah agar bayinya cepat lahir sehat dan selamat.
9. Riwayat ketergantungan
Ibu dan anggota keluarga tidak pernah ada ketergantungan terhadap obat-obat tertentu, rokok, alcohol, jamu tradisional, kopi.
  1. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
- K/U : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Antropometri
 BB sebelum hamil : 49 kg
BB waktu hamil : 65 kg
 TB : 163 cm
 Lila : 26 cm
- TTV : TD : 120/80 mmHg RR : 20x/ mnt
N : 80 x/mnt S : 36,5oC
- HPL : 25 februari 2013
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepada : Kulit kepala bersih, rambut warna hitam, rambut tidak rontok.
Muka : Tidak pucat, tidak odema, tidak tampak cloasma gravidarum.
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva tidak anemis.
Mulut : Bersih, tidak ada karies gigi, gusi tidak berdarah, bibir lembab, tidak ada stomatitis.
Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan pembesaran vena jogularis.
Dada : Pernapasan teratur, puting menonjol, tampak hiperpigmentasi areola mamae.
Perut : Bersih, tida ada bekas luka operasi, tidak tampak strie livida dan linia nigra, pembesaran perut sesuai umur kehamilan.
Genetalia : Bersih, tidak odema, tidak ada varises, tidak ada candiloma acuminate.
Anus : Bersih, tidak ada hemoroid.
Ekstremtas : Tidak odema, tidak tampak varices.

b. Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugilaris,kelanjar tyroid dan kelanjar getah bening.
Dada : Pada payudara tidak ada benjolan abnormal,ASI (kolostrum) belum keluar.
Abdomen : - TFU : Me Donald 33 cm
- TBJ : (33 – 11) x 155 : 3410 gram
- Leopold I : TFU 3 jari dibawah Px. Pada bagian fundus teraba bokong.
- Leopold II : Pada perut sebelah kiri teraba bagian keras seperti papan ( punggung ) , dibagian kiri teraba bagian kecil janin
- Leopold III : Pada bagian bawah teraba kepala) dan tidak dapat digoyangkan.
- Leopold IV : kepala bayi sudah masuk PAP.
His 1-2x dalam 10 menit lama 20 detik.
c. Auskultasi : DJJ : 12-11-12 = 140x / menit
d. Perkusi
Reflek patella kanan kiri (+/+)

II. IDENTIFIKASI MASALAH/ DIAGNOSA
Dx : Ny. “S” G2 P0A1 UK 42 minggu, janin tunggal, hidup, intra uteri,letak  membujur, sikap  fleksi, presentasi kepala dengan K/U ibu dan janin baik.
Ds : Ibu mengatakan kehamilannya sudah lewat pada taksiran persalinan dan belum ada tanda-tanda untuk melahirkan.
Do : - HPHT : 18 mei 2012
- HPL : 25 februari 2013
- TTV : - T : 120/80 mmHg - N : 84x/menit
- S : 36,50C - R : 20x/menit
- Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari dibawah Px. Pada bagian fundus teraba bokong.
 Leopold II : Pada perut sebelah kiri teraba bagian keras seperti papan ( punggung ) , dibagian kiri teraba bagian kecil janin
 Leopold III : Pada bagian bawah teraba kepala) dan tidak dapat digoyangkan.
 Leopold IV : kepala bayi sudah masuk PAP.
- His 1-2x dalam 10 menit lama 20 detik.
- TFU : 33 cm
- TBJ : (33 – 12) x 155 : 3100 gram
- Auskultasi
- DJJ : 136x/menit.
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
- Persalinan patologi.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
- Konsul ke dr.Obgyn.
V. PERENCANAAN
Tanggal 08 maret 2013 Pukul : 19.45 WIB
Dx : Ny. “S” G2 P0A1 UK 42 minggu, janin tunggal, hidup, intra uteri, letak membujur, sikap fleksi, presentasi kepala dengan K/U ibu dan janin baik.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan ± 30 menit ibu mengerti tentang kehamilan post date dan kemungkinan cara persalinannya.
Kriteria hasil
- Ibu mengerti tentang penjelasan yang telah di berikan oleh bidan tentang kehamilan post date.
- Ibu mengerti tentang kemungkinan cara peralinannya.
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang kehamilan post date.
R/ Menambah pengetahuan ibu dan ibu mengerti tentang kehamilan postdate sehingga ibu lebih kooperatif dalam semua tindakan.
2. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
R/ Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan.
3. Jelaskan pada ibu dan suami tentang kemungkinan cara persalinan.
R/ Ibu mengerti persalinan yang akan dihadapi.
4. Konsul ke dr.Obgyn
R/ Untuk mendapatkan penanganan lebih cepat.
5. Lakukan pemantauan TTV dan DJJ
Untuk mengatahui keadaan ibu dan perkembangan janin.
6. Memotivasi dan memberi dukungan pada ibu.
R/ Ibu merasa tenang dalam menghadapi pesalinan nanti.
7. Anjurkan pada ibu untuk selalu berdo’a
R/ Untuk meminta agar persalinannya berjalan lancar.
VI. Implementsi
Tanggal : 08 maret 2013 pukul : 19.55 WIB
Dx : Ny. “S” G2 P0A1 UK 42 minggu, janin tunggal, hidup, intra uteri, letak membujur, sikap fleksi, presentasi kepala dengan K/U ibu dan janin baik.
Implementasi :
1. Menjelaskan pada ibu tentang kehamilan postdate.
2. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
3. Menjelaskan pada ibu dan suami tentang kemungkinan cara persaalinan.
4. Konsul ke dr.Obgyn.
5. Melakukan pemantauan TTV dan DJJ.
6. Memotivasi dan memberi dukungan pada ibu.
7. Menganjurkan pada ibu untuk selalu berdo’a.
VII. Evaluasi
Tanggal : 08 maret 2013 pukul : 20.15 wib
Dx : Ny. “S” G2P0A1 UK 42 minggu, janin tunggal, hidup, intra uteri, letak membujur, sikap fleksi, presentasi kepala dengan K/U ibu dan janin baik.
S : Ibu mengatakan mengerti dan paham atas penjelasan yang telah diberikan bidan tentang kemungkinan cara persalinan dengan induksi dan syarat-syarat induksi.serta kemungkinan dilakukannya sectio secarea.
O :
- Ibu tampak lega setelah mendapatkan penjelasan oleh bidan tentang kondisinya.
- ibu dapat mengerti bahwa persalinan ini harus segera di akhiri dengan cara induksi
- Ibu bisa menjelaskan kembali tentang syarat-syarat induksi dan apabila induksi tidak ada respon kemungkinan dilakukan sectio secarea
- Instruksi dokter untuk dilakukan terminasi dengan induksi.
A : Ny “ S” mengerti dengan penjelasan dari bidan tentang induksi persalinan
P :        - Inform consent.
-          Pasang infus
-          Pantau keadaan ibu
-          Pantau kesejahteraan janin
-          Memberi dukungan kepada ibu dan keluarga
-          Mengobservasi kemajuan persalinan