ASUHAN
KEBIDANAN IBU NIFAS DENGAN KASUS ENDOMETRITIS
MENGGUNAKAN MODEL PENDOKUMENTASIAN COMPUTER BASED PATIENT RECORD (CPR)

Nama
Dosen : Reni Yuli Astutik, SST. M.Kes
Disusun
Oleh :
Nama
: Titin Fidyawati
NIM
: 201102080
PRODI DIII KEBIDANAN
Tahun Ajaran 2012/2013
STIKES KARYA HUSADA PARE KEDIRI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis menyatakan kehadirat Tuhan YME, karena atas bimbingan
dan petunjuknya, serta berkat rahmat,nikmat dan karunianya sehingga tugas “
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan kasus Endometritis menggunakan Model
Pendokumentasian CPR” ini dapat saya selesaikan dengan baik
Makalah ini disusun dengan harapan dapat membantu para mahasiswa untuk memahami “Asuhan
Kebidanan dalam Model Pendokumentasian Computer Based Patient Record”
Materi yang di sajikan dalam makalah ini mengambil dari berbagai sumber
yang mengacu pada materi tentang “Asuhan Kebidanan dalam Model Pendokumentasian
Computer Based Patient Record”
Penulis menyadari bahwa dalam pengembangannya potensi mahasiswa bukan
terletak pada buku,tetapi kuncinya terletak pada dosen dan lingkungan mahasiswa
itu sendiri akhirnya penulis berharap
makalh ini nantinya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilimu pengetahuan . tak
lupa kritik dan saran yang membangun sang penulis mengharap untuk
penyempurnaan.
Pare, Oktober
2012
Penulis
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada saat kehamilan dan persalinan.
Salah satu contoh infeksi nifas yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
endometritis.Endometritis yaitu peradangan yang terjadi pada endometrium pada
lapisan sebelah dalam. Sama-sama kita ketahui bahwa peradangan endometrium pada
masa nifas diindonesia masih tinggi karena kurangnya ketelitian dan kecermatan
dalam penanganan mengenai hal ini baik dalam masa kehamilan maupun persalinan .
Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga personal
higiene, kurangnya pengetahuan tentang dampak jangka pendek dan jangka panjang
endometritis bagi ibu , kurangnya ketelitian dalam penanganan dalam kasus
endometritis menjadi salah faktor atau dasar bagi penulis untuk membahas
tentang infeksi nifas mengenai endometritis. Sekaligus penulis menguraikan
asuhan kebidanan ibu nifas menggunakan model pendokumentasian CPR (computer based patient record).
Pencatatan dengan system komputerisasi merupakan salah satu tren yang
paling diminati dalam pendokumentasian asuhan keperawatan termasuk asuhan kebidanan.
Banyak institusi membuat atau membeli system informasi komputerisasi yang
menunjang praktik keperawatan/kebidanan.
Berbagai kelompok dalam industry pelayanan kesehatan menggunakan istilah
computer dengan berbagai cara, salah satunya adalah Catatan Pasien Berbasis
Komputer (computer based patient records, CPR).
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
Tujuan umum :
ü
Untuk mengetahui bagaimana cara pendokumentasian
secara computer based patient record (CPR)dalam aplikasi kasus infeksi ibu nifas yaitu endometritis
Tujuan khusus :
I.
Model pendokumentasian CPR
ü
Mengetahui apa yang dimaksud dengan model
pendokumentasian CPR
ü
Mengetahui
faktor digunakannya model pendokumentasian CPR
ü
Mengetahui keuntungan dari CPR
ü
Mengetahui kerugian dari CPR
ü
Mengetahui
prasyarat untuk dilakukannya sistem CPR
ü
Mengetahui
hambatan-hambtan dalam pengenalan CPR
II.
Endometritis
ü
mengetahui apa yang dimaksud dengan
endometritis
ü
mengetahui apa faktor penyebab
endometritis
ü
Mengetahui patofisiologi endometritis
ü
Mengetahui gejala klinis endometritis
ü
Mengetahui klasifikasi dari endometritis
ü
Mengetahui cara mendiagnosa endometritis
ü
Mengetahui factor risiko yang mungkin terjadi
ü
Mengetahui komplikasi endometritis
ü
Mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan
pada pasien yang mengalami endometritis
ü
Mampu
melaksanakan evaluasi pada
pasien yang terkena endometritis
BAB
II : TINJAUAN TEORI
1.1 MODEL PENDOKUMENTASIAN KOMPUTERISASI
Pencatatan dengan
system komputerisasi merupakan salah satu tren yang paling diminati dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan termasuk asuhan kebidanan.
Banyak institusi membuat atau membeli system informasi komputerisasi yang
menunjang praktik keperawatan/kebidanan.
Berbagai kelompok dalam industry pelayanan kesehatan menggunakan istilah
computer dengan berbagai cara, salah satunya adalah Catatan Pasien Berbasis
Komputer (computer based patient records, CPR).
1.1.1
PENGERTIAN
Teknik
pendokumentasian dengan komputerisasi adalah system computer yang berperan
dalam menyimpulkan, menyimpan proses, memberikan informasi yang diperlukan
dalam kegiatan pelayanan kebidanan,
penelitian dan pendidikan.
Model ini berupa segala
bentuk catatan/dokumentasi terprogram secara jelas sehingga memudahkan dalam
proses penegakan diagnosis dan mengurangi kegiatan pencatatan secara
tradisional. Beberapa pertimbangan menggunakan CPR ini adalah karena jumlah data yang
dikumpulkan tentang kesehatan seseorang sangatlah banyak dan metode ini
merupakan penghantaran informasi yang lebih efisien dan efektif.
(Buku ajar dokumentasi
kebidanan.2010.hal 29)
1.1.2
FAKTOR DIGUNAKANNYA MODEL CPR
Pengguna CPR didorong oleh beberapa
factor berikut ini:
1. Jumlah data mengenai kondisi kesehatan
pasien sangat banyak, harus dikumpulkan, disimpan
dan diorganisasikan dengan system yang lebih efisien daripada system berbasis
kertas. Mencari data dalam catatan pasien merupakan hal yang sangat
menghabiskan waktu. Semakin banyak catatan tersebut, semakin sulit untuk
mencari informasi intinya.
2. Pencatatan informasi secara
electronic dibuat sedemikian rupa dan tidak dapat dilakukan oleh system
pencatatan berbasis kertas. Semua catatan yang berhubungan dengan aspek khusus
dalam perawatan dapat disusun dan dicetak. System pencatatan berbasis kertas
tidak dapat diorganisasi ulang dengan cara tersebut dan juga tidak dapat
digabungkan dengan catatan dari fasilitas atau institusi lain.
3. Penggunaan CPR dapat berkembang
menjadi metode penyampaian informasi yang lebih efisien dari satu pemberi
asuhan kesehatan ke pemberi asuhan kesehatan yang lain. Dalam metode
pendokumentasian manual, pemeriksaan pasien dan pengumpulan data yang
berulang-ulang dapat terjadi jika pasien pindah dari satu fasilitas ke
fasilitas lain.
4. Penghematan biaya dan reformasi
pelayanan kesehatan mengharuskan dilakukannya efisiensi manajemen data asuhan
kesehatan termasuk asuhan kebidanan.
1.1.3
KEUNTUNGAN
Secara umum dokumentasi dengan system komputerisasi
mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: meningkatkan pelayanan pada pasien,
meningkatkan pengembangan protocol, meningkatkan penatalaksanaan data dan
komunikasi dan meningkatkan proses edukasi dan konseling pada pasien.
Keuntungan dokumentasi dengan system komputerisasi
secara spesifik, antara lain: akurasi lebih tinggi, menghemat biaya,
meningkatkan kepuasan pasien, memperbaiki komunikasi antar bagian/anggota tim
kesehatan, menambah kesempatan untuk belajar, meneliti dan jaminan kualitas,
meningkatkan moral kinerja petugas.
Beberapa keuntungan dari dokumentasi terkomputerisasi secara umum adalah
sbb:
a.
Catatan dapat di baca
b.
Catatan yang siap tersedia
c.
Produktivitas bidan/perawat
membaik
d.
Mengurangi kerusakan catatan
e.
Menunjang penggunaan proses asuhan kebidanan/keperawatan
f.
Mengurangi dokumentasi yang berlebihan
g.
Saran, pengingat dan peringatan klinis
h.
Catatan keperawatan/kebidanan
lebih terorganisasi
i.
Laporan tercetak secara otomatis
j.
Dokumentasi sesuai standar profesi
k.
Peningkatan rekrutment dan retensi tenaga
l.
Peningkatan pengetahuan tentang hasil
m.
Ketersediaan data
n.
Pencegahan kesalahan pemberian obat
o.
Mempermudah penetapan biaya
p.
Mencetak instruksi pemulangan
(Buku ajar dokumentasi kebidanan.2010.hal 29)
a.
Meningkatkan pelayanan kepada pasien
b.
meningkatkan pengembangan protokol
c.
meningkatkan penatalaksanaan data dan komunikasi
1.1.4 KERUGIAN
Beberapa kelemahan dokumentasi dengan system
komputerisasi, adalah: malfunction, impersonal effect, privacy, informasi tidak
akurat, kosa kata terbatas, penyimpanan bahan cetakan dan biaya yang harus
disediakan cukup besar untuk pengadaan beberapa unit computer.
1.1.5
PRASYARAT
Prasyarat diberlakukannya CPR
Sedikitnya
terdapat 5 kunciutama prasyarat CPR, termasuk hal-hal berikut ini yang
diperlukan untuk menunjang CPR (Adrew, Dick, 1995a cit. Iyer and Champ, 2005):
1.
Kamus data klinis. Diperlukan kamus data klinis yang substansial dan fleksibel,
yang akan mendefinisikan semua unsure data untuk informasi klinis yang akan
disimpan
2.
Tempat penyimpanan data klinis. Harus terdapat tempat penyimpanan data klinis
yang arsitekyurnya dirancang dengan baik, guna memenuhi kebutuhan semua anggota
tim pemberi perawatan kesehatan. Permintaan informasi media mengenai pesien
tertentu harus dipenuhi dalam beberapa detik.
3.
Kemampuan input yang fleksibel. Harus tersedia perlengkapan yang tepat (seperti
mouse, keyboard, pengenal suara, touch screen, pen light).
4.
Presentasi data yang ergonomis. Presentasi data harus sesuai dengan kebutuhan
individu.
5.
Dukungan system otomatis. System harus mengantisipasi dan mendukung proses
klinis serta berfikir melalui system pendukung. Hal ini harus mencakup akses ke
system ahli, data dasar pengetahuan, literature medis, umpan balik hasil, dan
masukkan kualitas/biaya semua yang akan digunakan dalam pembuatan
keputusan klinis.
1.1.6
HAMBATAN DALAM PENGENALAN CPR
Keperawatan dan kebidanan
sering menjadi unit terakhir yang membeli dan menggunakan software. Beberapa
hambatan untuk mengembangkan dan menggunakan system komputerisasi. Dalam
pelayanan kebidanan/keperawatan
antara lain:
1. Bagian administrasi merasa tidak yakin
bahwa komputerisasi informasi kebidanan/keperawatan
akan memberikan hasil nyata.
2. Bidan/perawat
kurang memiliki kemampuan mengoperasikan system komputerisasi.
3. Unit pelayanan informasi computer kadang
merasa terancam untuk berbagi informasi dengan unit lain dan khawatir
kekuatannya akan hilang bila melibatkan orang lain dalam proses pengambilan
keputusan.
4. Dahulu program software hanya sedikit
tersedia. Beberapa diantaranya dirancang untuk perawat atau bidan
ahli computer yang tidak memiliki pengalaman keperawatan.
5. Banyak software yang dirancang untuk
fungsi tunggal seperti ketenagaan dan penjadwalan, rencana
perawatan/klasifikasi pasien.
6. Kurangnya keseragaman bahasa keperawatan/kebidanan
menghambat perkembangan dan penggunaan system informasi computer
7. Rasa takut termasuk anggapan bahwa komputerisasi
terlalu sulit, bahwa teknologi tersebut akan menggantikan bidan/perawat,bahwa
computer akan langsung mengarahkan dan mendikte asuhan dan bahwa kerahasiaan
pasien akan dilanggar.
8. Komputerisasi sangat
mahal.hardware,software,pendidikan staf dan computer tambahan menunjang
kontribusi staf untuk mengembangkan system komputerisasi.
Rekomendasi
pemilihan system komputerisasi
Perubahan yang cepat di bidang
pelayanan kesehatan, mengubah beberapa peraturan lama pemilihan system
informasi computer. Menurut Pasternack (1998, cit. lyer and
champ, 2005), perubahan peraturan tersebut adalah:
1. Peraturan lama:
cari daftar client yang besar ; peraturan baru: besar bukan berate lebih
baik.
2. Peraturan lama:
membeli software dalam jumlah besar ; peraturan baru: beli
software hanya yang diperlukan saja.
3. Peraturan lama:
cari sesuatu yang baru dan popular ; peraturan baru: sesuatu yang sedang
populer tidak berarti akan populer selamanya.
4. Peraturan lama:
beli yang terbaik, baru kemudian diintegrasikan ; peraturan baru: tetap
bersama beberapa produsen.
5. Peraturan lama:
beli yang tersedia dan biarkan produsen mengurusnya ; peraturan baru:
cari produsen yang akan berbagi risiko dan keuntungan.
6. Peraturan lama:
membeli software yang mahal sebandingdengan fungsi yang tinggi ; peraturan
baru: membeli berdasarkan nilai barang.
1.2 ENDOMETRITIS
“Infeksi
nifas” atau dalam istilah medis disebut juga “infeksi puerperalis”.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada saluran genital (kemaluan) yang
terjadi setelah melahirkan yang ditandai dengan kenaikan suhu tubuh sampai 38°C
atau lebih selama dua hari, terjadi dalam sepuluh hari setelah melahirkan tapi
dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Tanda-tanda infeksi nifas :
- Demam tinggi (38°C atau lebih), kadang disertai menggigil.
- Rasa panas dan nyeri pada tempat infeksi
- Kadang-kadang terasa perih saat buang air kecil.
- Ibu terlihat sakit dan sangat lemah
Beberapa faktor risiko yang memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi
nifas, antara lain:
- Setiap keadaan yang menurunkan daya tahan tubuh ibu, seperti perdarahan, kelelahan, gizi buruk, preeklamsi, eklamsi, infeksi lain yang diderita ibu, penyakit jantung, TBC paru, pneumonia, dan lain-lain.
- Ibu dengan proses persalinan lama, persalinan yang tidak terduga (mendadak) sehingga kurang tertangani dengan baik
- Kemungkinan infeksi panggul setelah melahirkan yang serius, berhubungan dengan lamanya ketuban pecah sebelum melahirkan.
- Luas serta banyaknya luka guntingan atau robekan ketika proses persalinan
- Ibu yang menjalani tindakan operasi, baik lewat jalan lahir maupun perut.
- Tertinggalnya sisa ari-ari, selaput ketuban, atau bekuan darah dalam rahim.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi
nifas, antara lain :
- Sebaiknya ibu memperhatikan kondisi kesehatannya selama hamil, segera periksa ke bidan atau dokter jika ada keluhan.
- Minum suplemen zat besi secara teratur untuk mencegah terjadinya anemia.
- Konsumsi makanan yang bersih, sehat, cukup kalori, protein, dan serat (sayur, buah).
- Minum air dalam jumlah yang cukup.
- Ibu hendaknya memilih tenaga penolong persalinan yang terlatih, supaya proses persalinan terjamin kesterilannya.
- Harus menjaga kebersihan dan memberi perawatan khusus jika terjadi perlukaan seperti di tempat jahitan pada jalan lahir maupun perut (operasi cesar)
1.2.1
DEFINISI ENDOMETRITIS
Radang selaput lendir rahim atau endometritis
adalah peradangan
yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada
dinding rahim,
yang terjadi akibat infeksi
(http://delvita-pratiwi.blogspot.com/2012/06/endometritis.html)
Endometritis adalah keradangan pada dinding uterus
yang umumnya disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis
didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium. Derajat efeknya
terhadap fertilitas bervariasi dalam hal keparahan radang, waktu yang
diperlukan untuk penyembuhan lesi endometrium, dan tingkat perubahan permanen
yang merusak fungsi dari glandula endometrium dan/atau merubah lingkungan
uterus dan/atau oviduk. Organisme nonspesifik primer yang dikaitkan dengan
patologi endometrial adalah Corynebacterium pyogenes dan gram negatif anaerob.
.
Endometritis adalah peradangan lapisan endometrium
rahim. Selain untuk endometrium, peradangan mungkin melibatkan myometrium dan,
kadang-kadang parametrium.
Metritis atau
endometritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat
dapat menjadi abses pelvik , peritonitis, syok septik, thrombosis vena yang
dalam , emboli pulmunal, infeksi pelvik menahun, dispareunia ,penyumbatan tuba
dan infertilitas.
(Prawirohardji,Sarwono. 2010.
Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Hal : 262)
Kadang – kadang lokea tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta,
dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokeometra dan dapat menyebabkan
kenaikan suhu, uterus agak membesar, lembek, nyeri pada perabaan.
( Mansjoer,Arif dkk , 2001. Kapita selekta kedokteran . hal: 319)
1.2.2
ETIOLOGI
Endometritis adalah penyakit polymicrobial yang melibatkan,
rata-rata, 2-3 organisme. Dalam kebanyakan kasus, itu muncul dari infeksi naik
dari organisme yang ditemukan di masyarakat adat normal vagina flora.
Biasanya terisolasi organisme termasuk Ureaplasma urealyticum, Peptostreptococcus, Gardnerella vaginalis, Bacteroides bivius dan Grup B Streptococcus. Klamidia telah dikaitkan dengan onset akhir endometritis setelah bersalin. Enterococcus diidentifikasi dalam sampai dengan 25% dari perempuan yang telah menerima cephalosporin profilaksis.
Biasanya terisolasi organisme termasuk Ureaplasma urealyticum, Peptostreptococcus, Gardnerella vaginalis, Bacteroides bivius dan Grup B Streptococcus. Klamidia telah dikaitkan dengan onset akhir endometritis setelah bersalin. Enterococcus diidentifikasi dalam sampai dengan 25% dari perempuan yang telah menerima cephalosporin profilaksis.
Penyebab secara umum adalah
1.
Aborsi
2.
Kelahiran kembar
3.
Kerusakan jalan lahir
4.
Kelanjutan retensio plasenta yang mengakibatkan
involusi pasca persalinan menjadi menurun
5.
Adanya korpus luteun persisten.
6.
Persalinan Pervaginam
Jika dibandingkan dengan persalinan perabdominan/sc,
maka timbulnya endometritis pada tersalinan pervaginam relatif jarang.Bila
persalinan pervaginam disertai penyulit yaitu pada ketuban pecah prematur yang
lama, partus yang lama dan pemeriksaan dalam berulang, maka kejadian
endometritis akan meningkat sampai mendekati 6%. Bila terjadi korioamniotis
intrapartum, maka kejadian endometritis akan lebih tinggi yaitu mencapai 13%.
7.
Persalinan SC
SC merupakan faktor predisposisi utama timbulnya
endometritis dan erat kaitannya dengan status sosial ekonomi penderita. Faktor
resiko penting untuk timbulnya infeksi adalah lamanya proses persalinan dan
ketuban pecah, pemeriksaan dalam berulang dan pemakaian alat monitoring janin
internal. Karena adanya faktor resiko tersebut america college of
obsetricians andgynekologists menganjurkan pemberian antibiotika
profilaksis pada tindakan secsio caesarea.
8.
BAKTERIOLOGI
Meskiun pada serviks umumnya terdapat bakteri, kavum
uteri biasanya steril sebelum selaput ketuban pecah. Sebagai akibat proses
persalinan dan manipulasi yang dilakukan selama proses persalinan tersebut,
cairan ketuban dam mungkin uterus akan terkontaminasi oleh bakteri aerob
dan anaerob.
Bakteri anaerob :
·
peptosreptococcus sp
·
peptococcus sp
·
bakterioides sp
·
klostridium sp
Bakteri aerob gram positif:
·
enterococcus
·
grub B streptococcus
·
Bakteri gran negatif:
·
Echerichia coli.
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka
bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen,
radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan
bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas
keeping-keping nekrotis serta cairan. Pada batas antara daerah yang
meradang dan daerah yang sehat terdapat lapisan yang terdiri atas
leukosit-leukosit. Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium dapat
dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Diduga uterus dan isinya steril selama kehamilan
normal dan lebih dulu melahirkan. Kemudian waktu kelahiran atau setelah itu
lumen uterus terkontaminasi mikroorganisme dari lingkungan, mikroorganisme,
kulit dan feses melalui relaksasi peritoneum, vulva dan dilatasi cervik.
Ada berbagai macam faktor predisposisi dari endometritis. Ada sinergisme antara A. pyogenes, F. necrophorum, dan Prevotella melaninogenicus, menyebabkan lebih beratnya kasus endometritis. Gangguan mekanisme pertahanan uterus seperti involusi uterus atau fungsi neutrofil akan menunda fungsi eliminasi kontaminasi bakteri. Distosia, kelahiran kembar atau kematian janin dan inseminasi buatan meningkatkan kesempatan untuk kontaminasi pada traktus genital. Retensi membrane fetus adalah faktor predisposisi endometritis dan berhubungan dengan peningkatan endometritis berat.
Ada berbagai macam faktor predisposisi dari endometritis. Ada sinergisme antara A. pyogenes, F. necrophorum, dan Prevotella melaninogenicus, menyebabkan lebih beratnya kasus endometritis. Gangguan mekanisme pertahanan uterus seperti involusi uterus atau fungsi neutrofil akan menunda fungsi eliminasi kontaminasi bakteri. Distosia, kelahiran kembar atau kematian janin dan inseminasi buatan meningkatkan kesempatan untuk kontaminasi pada traktus genital. Retensi membrane fetus adalah faktor predisposisi endometritis dan berhubungan dengan peningkatan endometritis berat.
1.2.3
PATOFISIOLOGI
Rahim merupakan organ yang steril
sedangkan di vagina
terdapat banyak mikroorganisme oportunistik. Mikroorganisme
dari vagina
ini dapat secara asenden masuk ke rahim terutama pada saat perkawinan atau melahirkan. Bila
jumlah mikroorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim mengalami gangguan
maka dapat terjadi endometritis [5].
Kejadian endometritis kemungkinan besar terjadi pada saat kawin suntik atau
penanganan kelahiran yang kurang higienis, sehingga banyak bakteri yang masuk,
seperti bakteri non spesifik (E. coli, Staphilylococcus, Streptococcus dan Salmonella),
maupun bakteri spesifik (Brucella sp, Vibrio
foetus dan Trichomonas foetus).
Infeksi uterus pada persalinan pervaginam terutama
terjadi pada tempat implantasi plesenta, desidua, dan miometrium yang
berdekatan.bakteri yang berkoloni diserviks akan dan vagina akan
menginvasi tempat implantasi plasenta saat itu biasanya merupakan sebuah luka
dengan diameter _kurang lebih 4 cm dengan permukaan luka berbenjol –
benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan
tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman pathogen
Infeksi uterus pasca operasi sesar umumnya akibat
infeksi pada luka operasi selain infeksi yang terjadi pada tempat implantasi
plasenta.
Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari
infeksi naik dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis,
endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut versus kronis. Endometritis
akut dicirikan oleh kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis
kronis dicirikan oleh kehadiran plasma sel dan limfosit dalam stroma
endometrium.
Dalam populasi nonobstetric, panggul inflammatory
penyakit dan ginekologi prosedur invasif adalah prekursor-prekursor yang paling
umum untuk endometritis akut. Dalam populasi obstetri, infeksi setelah bersalin
adalah pendahulu paling umum.
Endometritis kronis dalam populasi obstetri biasanya
berhubungan dengan produk-produk yang tetap dari konsepsi setelah pengiriman
atau elektif aborsi. Dalam populasi nonobstetric, kronis endometritis telah
melihat dengan infeksi (misalnya, klamidia, tuberkulosis, bakterial vaginosis)
dan kehadiran perangkat intrauterine.
2
GEJALA KLINIS
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman,
daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang
lochia tertahan oleh darah, sisa-sisa palsenta dan selaput ketuban.
Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang
segera hilang setelah rintangan diatasi. Uterus pada endometriosis agak
membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang
tidak meluas, penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut
nyeri. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi
dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu
keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah
dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan
anggapan bahwa infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang
disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.
Endometritis dapat terjadi penyebaran:
- Miometritis (infeksi otot rahim)
- Parametritis (infeksi sekitar rahim)
- Salpingitis (infeksi saluran telur)
- Ooforitis (infeksi indung telur)
- Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)
- Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.
Secara
umum gejala klinis dapat di uraikan sebagai berikut :
·
Suhu tubuh berkisar melebihi 38 -39 0c
·
Menggigil
·
Demam biasanya timbul pada hari ke-3 disertai
nadi yang cepat.
·
Nadi cepat
·
Nyeri abdomen
·
Pada pemeriksaan bimanual teraba agak mem besar,
nyeri dan lembek.
·
Lokhea berbau menyengat namun ada juga yang
tidak yaitu yang disebabkan olek sreptococcus lokheanya bening dan tidak
berbau.
·
Lendir vagina berwarna keputihan sampai
kekuningan yang berlebihan
·
Rahim membesar
·
Penderita nampak sehat namun dampak yang
diberikan dalam jangka pendek yaitu menurunkan kesuburan dan dalam jangka
panjang menyebabkan gangguan reproduksi karena perubahan saluran reproduksi.
Infeksi uterus harus menjadi perhatian utama pada
wanita pasca postpartum dengan demam. Biasanya muncul rabas vagina ( lokea)
yang berbau, banyak dan bersemu darah. Sering terdapat nyeri tekan abdomen dan
parametrium uterus sewaktu pemeriksaan bimanual. Demam ibu pasca postpartum
(pasca operasi)tanpa kausa lain yang jelas, harus dianggap sebagai
endomiometritis.
(Levenno,Kenneth.2009.obstetri Williams.hal: 356)
1.2.4 KLASIFIKASI
Endometritis
dibagi menjadi 3 macam:
·
Endometritis postpartum
Peradangan yang terjadi setelah melahirkan.
·
Endometritis sinsitial
Peradangan pada dinding rahim akibati tumor jinak yang disertai sel
intisial dan trofoblas yang banyak.
·
Endometritis tuberkulosa
Peradangan pada endometrium dan tuberculosa.
- Endometritis Akut
Terutama terjadi pada postpartum atau
postabortum. Pada endometritis postpartum, regenerasi endometrium selesai
pada hari ke-9, sehingga endometritis postpartum pada umumnya terjadi sebelum
hari ke-9. Endometritis postabortum terutama terjadi pada abortus
provocatus. Endometritis juga dapat terjadi pada masa senil.
(Ginekologi.
Bagian obstetri dan ginekologi fakultas kedokteran padjajaran bandung. 2010.
Bandung . hal 93)
Pada endometritis akuta endometrium mengalami edema
dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema, dan
infiltrasi leukosit berinti polimoni yang banyak, serta perdarahan-perdarahan
interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus
dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akuta, dan
radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akuta. Infeksi gonorea
akan dibahas secara khusus, dan oleb sebab itu tidak dibicarakan lebib lanjut
di sini. Infeksi post abortum dan post partum sering terdapat oleh karena
luka-luka pada serviks uteri, luka pada dinding uterus bekas tempat plasenta,
yang merupakan porte d’entree bagi kuman-kuman patogen. Selain in, alat-alat
yang digunakan pada abortus dan partus dan tidak sucihama dapat membawa
kuman-kuman ke dalam uterus.
Pada abortus septic dan sepsis puerperalis infeksi
lebih cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah dan limfe
dapat menjalar ke parametrium, tuba dan ovarium serta ke peritoneum di
sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akuta dalam hal ini diselubungi
oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi,
kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah
di sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akuta ialah tindakan yang
dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukkan
radium ke dalam uterus, memasukkan IUD (intra-uterine device) ke dalam uterus,
dan sebagainya. Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam
uterus, apakah endometritis akuta tetap terbatas pada endometrium, atau
menjalar ke jaringan di sekitarnya. Endometritis akuta yang disebabkan
oleh kuman-kuman yang tidak seberapa pathogen umumnya dapat diatasi atas
kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari
endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang
paling penting ialah berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar.
Gejala-gejala:
o
Demam
o
Lochia berbau, pada endometritis postabortum
kadang-kadang keluar fluor yang purulent.
o
Lochia lama berdarah, malahan terjadi
metrorrhagi.
o
Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau
perimetrium tidak ada nyeri.
o
Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan
sekitarnya.
- Endometritis Kronik
Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak
dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena
pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit.
Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam
keadaan normal dalam endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika ialah,
leukorea dan menoragia. Pengobatannya tergantung dari penyebabnya.
Endometritis knonika ditemukan:
Endometritis knonika ditemukan:
a. pada
tuberkulosis;
b. jika tertinggal sisa-sisa abortus atau
partus;
c. jika terdapat korpus alienum di
kavum uteri;
d. pada polip uterus dengan infeksi;
e. pada tumor ganas uterus;
f. pada salpingo-ooforitis dan
sellulitis pelvik.
g. Fluor albus yang keluar dari ostium (ginekologi . hal 94)
h. Kelainan haid seperti metrorrhagi dan
menorrhagi (ginekologi. Hal : 94)
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat infeksi
yang terus-menerus karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di
dalam kavum uteri. Dahulu diagnosis endometritis kronika lebih sering
dibuat daripada sekarang. Sejak penelitian fundamental dari Hitshcmann
dan Adler tentang histology endometrium selama siklus haid, diketahui bahwa
banyak perubahan yang ditemukan dalam endometrium dan yang dahulu dianggap
patologik adalah gambaran normal dari endometrium dalam berbagai fase siklus
haid.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah
kasus-kasus tuberculosis genital. Pada pemeriksaan mikrskopik ditemukan
tuberkel di tengah-tengah endometrium yang beradang menahun.
Endometritis tuberkulosa umumnya timbul sekunder pada
penderita dengan salpingitis tuberkulosa. Pada penderita dengan
tuberculosis pelvic yang asimptomatik, endometritis tuberkulosa ditemukan bila
pada seorang wanita dengan infertilitas dilakukan biopsy endometrial dan
ditemukan tuberkel dalam sediaan. Terapi yang kausal terhadap
tuberculosis biasanya dapat menyebabkan timbulnya haid lagi.
Pada abortus inkompletus dengan sisa-sisa tertinggal
dalam uterus terdapat desidua dan villi korialis di tengah-tengah radang
menahun endometrium.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal
dalam uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan plasenta
tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip
plasenta.
1.2.5 DIAGNOSIS
Endometritis dapat terjadi secara klinis dan subklinis. Diagnosis
endometritis dapat didasarkan pada riwayat kesehatan,
pemeriksaan rektal, pemeriksaan vaginal dan biopsi. Keluhan
kasus endometritis biasanya beberapa kali dikawinkan tetapi tidak bunting,
siklus birahi
diperpanjang kecuali pada endometritis yang sangat ringan. Pemeriksaan vaginal
dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop dengan melihat
adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina dan
leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba dinding rahim agak kaku dan di
dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi (tergantung
derajat infeksi).
Secara klinis karakteristik endometritis dengan adanya
pengeluaran mucopurulen pada vagina, dihubungkan dengan ditundanya involusi
uterus. Diagnosa endometritis tidak didasarkan pada pemeriksaan histologis dari
biopsy endometrial. Tetapi pada kondisi lapangan pemeriksaan vagina dan palpasi
traktus genital per rectum adalah teknik yang sangat bermanfaat untuk diagnosa
endometritis. Pemeriksaan visual atau manual pada vagina untuk abnormalitas
pengeluaran uterus adalah penting untuk diagnosa endometritis, meski isi vagina
tidak selalu mencerminkan isi dari uterus. Flek dari pus pada vagina dapat
berasal dari uterus, cervik atau vagina dan mukus tipis berawan sering dianggap
normal. Sejumlah sistem penilaian telah digunakan untuk menilai tingkat
involusi uterus dan cervik, pengeluaran dari vagina alami. Sistem utama yang
digunakan adalah kombinasi dari diameter uterus dan cervik, penilaian isi dari
vagina.
Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan memberi
perlakuan pada kasus endometritis di awal periode post partum. Setiap ibu harus
mengalami pemeriksaan postpartum dengan segera pada saat laktasi sebagai bagian
dari program kesehatan yang rutin. Kejadian endometritis dapat didiagnosa
dengan adanya purulen dari vagina yang diketahui lewat palpasi rektal. Diagnosa
lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan biopsi mungkin diperlukan. Yang
harus diperhatikan pada saat palpasi dan pemeriksaan vaginal meliputi ukuran
uterus, ketebalan dinding uterus dan keberadaan cairan beserta warna, bau dan
konsistensinya. Sejarah tentang trauma kelahiran, distosia, retensi plasenta
atau vagina purulenta saat periode postpartum dapat membantu diagnosa
endometritis. Pengamatan oleh inseminator untuk memastikan adanya pus,
mengindikasikan keradangan pada uterus. Sejumlah kecil pus yang terdapat
pada pipet inseminasi dan berwarna keputihan bukanlah suatu gejala yang
mangarah pada endometritis. Keradangan pada cervix (cervisitis) dan vagina
(vaginitis) juga mempunyai abnormalitas seperti itu. Bila terdapat sedikit
cairan pada saat palpasi uterus, penting untuk melakukan pemeriksaan
selanjutnya yaitu dengan menggunakan spekulum. Untuk beberapa kasus
endometritis klinis atau subklinis, diagnosa diperkuat dengan biopsy uterin.
Pemeriksaan mikroskopis dari jaringan biopsy akan
tampak adanya peradangan akut atau kronik pada dinding uterus. Pemeriksaan
biopsi uterin dapat untuk memastikan terjadinya endometritis dan adanya
organisme di dalam uterus. Tampak daerah keradangan menunjukkan terutama
neutrofil granulocyte dan dikelilingi jaringan nekrosis dengan koloni coccus.
Cara sederhana juga adalah dengan melakukan
pemeriksaan manual pada vagina dan mengambil mukus untuk di inspeksi.
Keuntungan teknik ini adalah murah, cepat, menyediakan informasi sensory
tambahan seperti deteksi laserasi vagina dan deteksi bau dari mukus pada
vagina. Satu prosedur adalah pembersihan vulva menggunakan paper towel kering
dan bersih, sarung tangan berlubrican melalui vulva ke dalam vagina. Pinggir, atas
dan bawah dinding vagina dan os cervik eksterna dipalpasi dan isi mukus vagina
diambil untuk diperiksa. Tangan biasanya tetap di vagina untuk sekurangnya 30
detik. Pemeriksaan vagina manual telah sah dan tidak menyebabkan kontaminasi
bakteri uterus, menimbulkan phase respon protein akut atau menunda involusi
uterus. Tetapi operator sadar bahwa vaginitis dan cervicitis mungkin memberikan
hasil yang salah. Vaginoscopy dapat dilakukan dengan menggunakan autoclavable
plastik, metal atau disposable foil- lined cardboard vaginoscope, yang
diperoleh adalah inspeksi dari isi vagina. Tetapi mungkin ada beberapa
resistensi menggunakan vaginoscop karena dirasa tidak mudah, potensial untuk
transmisi penyakit dan harganya. Alat baru untuk pemeriksaan mukus vagina terdiri
dari batang stainless steel dengan hemisphere karet yang digunakan untuk
mengeluarkan isi vagina.
1.2.6 FAKTOR
RESIKO
Wanita sangat rentan terhadap endometritis setelah kelahiran atau aborsi.
Dalam kedua setelah bersalin dan postabortal negara, risiko meningkat karena
dari os serviks terbuka, kehadiran jumlah besar darah dan puing-puing, dan
instrumentasi rahim.
Faktor-faktor risiko utama untuk obstetri endometritis meliputi:
- Cesarean pengiriman (terutama jika sebelum 28 minggu kehamilan)
- Berkepanjangan sindrom
- Tenaga kerja yang panjang dengan beberapa pemeriksaan vagina
- Parah penyakit bernoda cairan amniotik
- Penghapusan plasental manual [3]
- Ekstrem dari pasien usia
- Status sosial ekonomi rendah
Faktor-faktor risiko kecil meliputi:
- Tidak adanya steker lendir leher rahim normal
- Administrasi beberapa kursus kortikosteron untuk pencegahan prematur pengiriman
- Berkepanjangan internal janin pemantauan
- Berkepanjangan operasi
- Anestesi umum
- Anemia setelah bersalin
Faktor-faktor berikut meningkatkan risiko endometritis secara umum:
- Keberadaan perangkat intrauterine: bagian vagina dari perangkat bisa berfungsi sebagai lagu organisme untuk naik ke rahim
- Kehadiran menstruasi cairan dalam rahim
- Terkait cervicitis sekunder untuk gonore atau infeksi Chlamydia
- Terkait bakterial vaginosis [4, 5]
- Sering douching
- Aktivitas seksual yang tidak dilindungi
- Beberapa mitra seksual
- Ectopy leher
http://obstetriginekologi.blogspot.com/2012/04/pengertian-endometritis-dan.html
Faktor-faktor risiko utama untuk obstetri endometritis meliputi:
- Cesarean pengiriman (terutama jika sebelum 28 minggu kehamilan)
- Berkepanjangan sindrom
- Tenaga kerja yang panjang dengan beberapa pemeriksaan vagina
- Parah penyakit bernoda cairan amniotik
- Penghapusan plasental manual [3]
- Ekstrem dari pasien usia
- Status sosial ekonomi rendah
Faktor-faktor risiko kecil meliputi:
- Tidak adanya steker lendir leher rahim normal
- Administrasi beberapa kursus kortikosteron untuk pencegahan prematur pengiriman
- Berkepanjangan internal janin pemantauan
- Berkepanjangan operasi
- Anestesi umum
- Anemia setelah bersalin
Faktor-faktor berikut meningkatkan risiko endometritis secara umum:
- Keberadaan perangkat intrauterine: bagian vagina dari perangkat bisa berfungsi sebagai lagu organisme untuk naik ke rahim
- Kehadiran menstruasi cairan dalam rahim
- Terkait cervicitis sekunder untuk gonore atau infeksi Chlamydia
- Terkait bakterial vaginosis [4, 5]
- Sering douching
- Aktivitas seksual yang tidak dilindungi
- Beberapa mitra seksual
- Ectopy leher
http://obstetriginekologi.blogspot.com/2012/04/pengertian-endometritis-dan.html
1.2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah sebagai berikut:
- Luka infeksi
Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah sebagai berikut:
- Luka infeksi
Infeksi
luka biasanya terjadi pada hari kelima pasca operasi sebagai demam menetap
meskipun pasien mendapat terapi antimikroba yang adekuat. Biasanya dijumpai
eritema, indurasi, dan drainase insisi. (Obstetri William, hal 358)
- Karena
peritonitis
Peritonitis
pasca sesar mirip dengan peritonitis bedah, kecuali rigiditas abdomen biasanya
tidak terlalu mencolok karena peregangan abdomen yang berkaitan dengan
kehamilan. Nyeri mungkin hebat. Jika infeksi berawal di uterus dan meluas hanya
ke peritonium di dekatnya (peritonitis panggul),terapi biasanya medis.
Sebaliknya peritonitis abdomen generalisata akibat cedera usus atau nekrosis insisi uterus ,sebaiknya
diterapi secara bedah . (Obstetri William, hal 359)
- Parametrial
phlegmon
Pada
sebagian wanita yang mengalami metritis setelah sesar , terjadi selulitis
parametrium yang intensif. Hal ini menyebabkan terbentuknya daerah indursi yang
disebut flegmon, di dalam lembar-lembar ligamentum latum (parametria)atau
dibawah lipatan kandung kemih yang berada di atas insisi uterus. Selulitis ini
umumnya unilateral dan dapat meluas ke lateral ke dinding samping panggul.
Infeksi ini harus dipertimbangkan jika demam menetap setelah 72 jam meskipun pasien
sudah mendapat terapi untuk endomiometritis pasca sesar.(Obstetri William hal
359)
- Panggul abses
Flegmon
parametrium dapat dapat mengalami supurasi,membentuk abses ligamentum latum
yang fluktuatif. Jika abses ini pecah , dapat timbul peritonitis yang mengancam
nyawa. Dapat dilakukan drainase abses dengan menggunakan tuntunan computed
tomography , kolpotami, atau melalui
abdomen, bergantung pada lokasi abses. (Obstetri
William hal 359)
- Abses subfasia dan Terbukanya jaringan parut
uterus
Kompilkasi
serius endometritis pada wanita yang melahirkan sesaradalah terbukanya insisi
akibat infeksi nekrosis disertai perluasan ke dalam ruang subfasia di sekitar
dan akhirnya pemisahan insisi fasia . hal ini bermanifestasi sebagai drainase
subfasia pada wanita dengan demam lama. Di perlukan eksplorasi bedah dan
pengangkatan uterus yang terinfeksi. (Obstetri William hal 360)
- Septik panggul thrombophlebitis
Di dahului
oleh infeksi bakteri di tempat implantasi plasenta atau insisi uterus. Infeksi
dapat meluas di sepanjang rute vena dan munkin mengenai vena-vena di ovarium.(Obstetri
william hal 365)
Penyebaran infeksi dari endometrium tabung saluran
indung telur, indung telur atau rongga peritoneal dapat mengakibatkan,
salpingitis, oophoritis, karena peritonitis lokal atau abses tubo ovarium.
Salpingitis kemudian mengarah ke tubal dysmotility dan pelekatan yang
mengakibatkan infertilitas, insiden yang lebih tinggi dari kehamilan ektopik,
dan kronis nyeri panggul.
1.2.8 TERAPI DAN PENATALAKSANAANYA
Rencana
yang harus dilakukan pada pasien endometritis adalah dengan memberikan beberapa
terapi dan dilaksanakan sebagai berikut:
Terapi endometritis, dapat dilakukan melalui pemberian
antibiotik
sistemik, irigasi rahim,
pemberian hormon
estrogen
untuk menginduksi respon rahim, dan injeksi prostaglandin
untuk menginduksi estrus [2][3].
Pengobatan yang direkomendasikan untuk endometritis yang agak berat adalah
memperbaiki vaskularisasi dengan mengirigasi uterus
mempergunakan antiseptik ringan seperti lugol dengan konsentrasi
yang rendah. Irigasi diulangi beberapa kali dengan interval 2-3 hari. Antibiotik
diberikan secara intra uterin dan intra muskular. Leleran dapat dikeluarkan
dengan menyuntikkan preparat estrogen. Untuk endometritis ringan cukup diberikan
antibiotika intra uterina[3].
1.
Endometritis Akut
Terapi:
a. Pemberian uterotonika
b. Istirahat, posisi/letak Fowler
c. Pemberian antibiotika
d. Endometritis senilis, perlu dikuret
untuk mengesampingkan diagnosa corpus carcinoma. Dapat diberi estrogen.
2.
Endometritis Kronik
Terapi:
Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnosa
dengan carcinoma corpus uteri, polyp atau myoma submucosa. Kadang-kadang
dengan kuretase ditemukan emndometritis tuberkulosa. Kuretase juga
bersifat terapeutik.
Terapi
endometritis pada pasien rawat jalan :
a. Program menyusui
Klindamisin 450 mg setiap 6 jam selama 14
hari
b. Program tidak menyusui
Doksisiklin 100mg per oral 2x/hari selama
14 hari
Metronidazol 500mg per oral 2x/hari selama
10-14 hari , dapat diberikan bersama doksisiklin.
( Linda wheeler 2004 hal 178)
PENATALAKSANAAN
·
Pada penderita endometritis ringan pasca
persalinan normal pengobatan dengan antibiotika oral biasanya memberikan hasil
yang baik.
·
Pada penderita sedang dan berat , termasuk panderita
pasca secsio caesarea, perlu diberikan antibiotik spektrum luas secara
intravena, dan biasanya penderita akan membaik dalam waktu 48 – 72 jam.
·
Bila setelah 72 jam demam tidak membaik perlu
dicari dengan lebih teliti penyebabnya karena demam yang menetap ini jarang
yang disebabkan oleh resistensi bakteri terhadap antibiotika atau suatu efek
samping obat.
·
Penyulit endometritis yang sering menimbulkan
demam yang menetap ini diantaranya parametrial flegmon, abses pelvis atau
tempat insisi, infeksi pada hematom dan pelvik trombo flebitis. Oleh karenanya,
pada kasus endometritis yang berat dan disertai penyulit perlu dipertimbangkan
intervensi bedah untuk drainase abses atau evakuasi jaringan yang rusak.
BAB
III. TINJAUAN KASUS
ILUSTRASI KASUS
Seorang ibu datang ketempat bidan yang bernama ani , berusia 28 tahun, ibu ini
datang dengan keluhan nyeri pada perut, melahirkan 6 hari yang lalu,ini
kelahiran anak keduanya, lokhea berbau menyengat. Ibu ani merasa takut terjadi
apa – apa pada perutnya karena dia belum pernah merasakan hal seperti ini pada
kelahiran anak pertamanya. Setelah dilakukan pemeriksaan, suhu ibu ani 38,5˚ celcius,nadi cepat,lendir
vagina berwarna keputihan/kekuningan.
MANAJEMEN
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”A” POST PARTUM HARI KE ENAM DENGAN
ENDOMETRITIS DI BPS FIDIA
REJOTANGAN
TANGGAL
20 0KTOBER 2012.
I.
PENGUMPULAN DATA
A.
IDENTITAS/ BIODATA
Nama
istri
: Ny”A”
Umur
: 28 Tahun
Suku
: Jawa
Bangsa
: Indonesia
Agama
:Islam
Pendidikan
: Tamat SMA
Pekerjaan
: Guru SMA
Alamat
: Rejotangan 02/03 Tulungagung
Nama suami
: Tn”Y”
Umur
: 29 tahun
Suku
: Jawa
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan :
SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Rejotangan 02/03 Tulungagung
Nama keluarga yang bisa
dihubungi : Ny “ H”
Hubungan
: Saudara kandung
Alamat
: Rejotangan 02/03 Tulungagung
No telp
: 081922543254
B.
DATA SUBJEKTIF
Pasien masuk keruang nifas pada tgl/jam: 20 Oktober 2012/ 09.00
WIB
Didata tanggal
: 20 Oktober 2012/ 09.10 WIB
- Alasan datang berkunjung : Perawatan dan pemeriksaan postpartum
- Keluhan utama : Ibu datang kebidan mengaku habis melahirkan 6 hari yang lalu secara normal anak ke 2, ibu mengeluh nyeri pada perut,lochea berbau menyengat,suhu badan panas sejak 3 hari yang lalu.
- Riwayat menstruasi
Haid
pertama
: 13 tahun
Siklus
: 1x 28 hari
Banyaknya
: 2-3 kali ganti duk
Lamanya
: 7 hari
Warnanya
: Merah tua
Sifatnya
: Encer
Teratur
:Teratur
Dismenore
: Tidak ada
- Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu
No
|
Tgl Lahir
|
Usia Kehamilan
|
Jenis
Persalinan
|
Tempat
Persaliana
|
komplikasi
|
Bayi
|
Ibu
|
||||
Ibu
|
Bayi
|
JK
|
BB/PB
|
KU
|
Lochea
|
Laktasi
|
|||||
1
2
|
3 tahun
ini
|
Aterm
|
Spontan
|
BPS
|
Tdk ada
|
Tdk ada
|
Laki-laki
|
3000gram/ 50
cm
|
baik
|
normal
|
Asi 2 tahun
|
- Riwayat persalinan sekarang
IBU
a.
Tempat persalinan
sekarang
: BPS
b.
Jenis persalinan sekarang
: Spontan
c.
Lamanya persalinan
Kala I
: 2 jam 30 menit
KalaII
: 30 menit
Lamanya dipimpin
meneran
: 15 menit
Ketuban
pecah
: Spontan,jernih,tidak berbau,jumlah 500cc
d.
Persalinan
ditolong
: bidan
e.
Plasenta
:Lengkap,panjang tali pusat 50 cm, berat plasenta 500gram
f. perinium :
laserasi ada, derajat 2
g.
Perdarahan
Kala
I
: 50 cc
Kala
II
: 25 cc
Kala
III
: 150 cc
Kala
IV
: 100 cc
BAYI
1.
Lahir,tanggal,jam
: 14 oktober 2012/ 13.00 WIB
2.
Jenis kelamin
: Perempuan
3.
BB,PB,APGAR
: 3200,50,8/9
4.
Molase
: Tidak ada
5.
Kelainan
: Tidak ada
6.
Masa
gestasi
: Aterm
- Pola makan
a.
Makan dan minum
terakhir
: Ada , tanggal 14 Oktober jam 10.00 wib
b.
Jenis
: 1 prg nasi, 1 mgkok sayur, 1 ptg lauk, 1 gelas air putih
c.
Masalah
: Tidak ada masalah
- Pola eliminasi
a.
BAB Terakhir
Frekwensi
: 1 x sehari
Warna
: Kuning kecoklatan
Konsistensi
: Lunak
Keluhan
: Tidak ada keluhan
b.
BAK terakhir
Frekwensi
: 6-7 x sehari
Warna
: kuning jernih
Keluhan
: Tidak ada
- Pola istirahat
Lama istirahat dan tidur sebelum persalinan : 7-8
jam
Lama istirahat dan tidur setelah
persalinan : 13.30 – 15.00 wib
- Riwayat kesehatan keluarga
a.
Jantung
: Tidak ada
b.
Hipertensi
: Tidak ada
c.
Ginjal
: Tidak ada
d.
Diabetes melitus
: Tidak ada
e.
Asma
:Tidak ada
f.
TBC
: Tidak ada
g.
Epilepsi
:Tidak ada
- Riwayat kesehatan
a.
Riwayat penyakit yang pernah diderita
1)
Jantung
: tidak ada
2)
Hipertens
i
:Tidak ada
3)
Ginjal
: Tidak ada
4)
Diabetes
melitus
: Tidak ada
5)
Asma
: Tidak ada
6)
TBC
: Tidak ada
7)
Epilepsi
: Tidak ada
b.
Riwayat
alergi
: ibu tidak ada alergi obat dan makanan
c.
Riwayat tranfusi
darah
: Tidak ada
d.
Riwayat pernah di
operasi
: Tidak ada
e.
Riwayat pernah kelainan
jiwa
: Tidak ada
- Riwayat kontrasepsi yang digunakan :Belum pernah
- Personal higiene
Mandi
: 1 x sehari
Gosok
gigi
:2 x sehari
Keramas
: 1 x sehari
Ganti
pembalut
:2 X sehari
Ganti
pakaian
: 2 x sehari
Perawatan
payudara
: setiap kali mandi
- Olah Raga
Senam
Nifas
: Belum ada dilakukan
Frekwensi
: Belum ada dilakukan
- Pola hidup Sehat
Merokok
: Tidak ada
Alkohol
: Tidak ada
Jamu
: Tidak ada
- Keadaan sosial
a.
Perkawinan
1)
Status
perkawinan
:Sah
2)
Perkawinan
ke
: Pertama
3)
Kawin 1
tahun
: 2010
4)
Berapa lama baru hamil setelah kawin :Satu bulan
b.
Kehamilan
:Direncanakan
c.
Status
emosional
:Stabil
d.
Respon ibu terhadap
dirinya
:Baik
e.
Respon ibu terhadap bayinya
:Baik
f.
Respon keluarga terhadap
bayinya
:Baik
g.
hubungan dengan keluarga
:Ibu ditunggui oleh suaminya
h.
hubungan dengan tetangga dan masyarakat : Baik
i.
jumlah anggota keluarga
:3 orang
- Keadaan ekonomi
a.
Penghasilan
perbulan
:Rp. 900.000
b.
Penghasilan
perkapita
:Rp.300.000
- Kegiatan spiritual : Ibu ada melaksanakan sholat
C.
DATA OBJEKTIVE
1)
PEMERIKSAAN UMUM
KU
:Gelisah
Kesadaran
:CMC
Berat badan saat
hamil
:69 kg
Berat badan
sekarang
:56 kg
Tinggi
badan
:157 cm
LILA
:28 cm
2)
Tanda vital
Tekanan
darah
:130/90
Nadi
:92x/ menit
Pernafasan
: 25x/menit
Suhu
:38,50 derjat celcius
3)
Pemeriksaan khusus
a.
Inspeksi
I. kepala
Rambut
:Hitam,bersih,tidak rontok,tidak berketombe
Mata
:Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning
Muka
:Tidak ada oedema
Mulut
:Tidak ada stomatitis
Gigi
:Tidak ada caries
II.
leher :Tidak
ada pembesaran kalenjer tyroid dan limfe
III. Dada
Mammae :Simetris
kiri dan kanan, puting susu menonjol
Aerola
: hiperpigmentasi.
Benjolan
:Tidak ada
Kalenjer
montgomery
:Ada
Pengeluaran
asi
:Ada
Rasa
nyeri/masalah
:Tidak ada
IV. Punggung dan
pinggang
:Lordosis
V. Abdomen
Inspeksi
:tidak ada bekas luka operasi
pada dinding uterus,striae tidak ada
Pembesaran
: Tidak sesuai involusi/ sub involusi uterus
Palpasi
:TFU 2 jari dibawah pusat,nyeri
tekan pada uterus
Auskultasi
:Bising usus(+)
VI. Ektremitas
atas
:Normal
VII. Ektremitas
bawah
:Normal
VIII. Genitalia
Pengeluaran
lochea
: Sanguilenta,berbau busuk
Perineum :
keputihan berlebihan,ada nyeri tekan
b.
Perkusi
Refleks patella
kanan
: (+)
Reflek patella kiri
:(+)
c.
Pemeriksaan
laboratorium
:Tidak ada dilakukan
II.
INTERPRETASI
DATA
A. DIAGNOSA
P2002 nifas hari ke 6 dengan masalah endometritis akut.
Dasar:
1. Suhu
38 celcius
2. Lokea berbau
3. TFU 2 jari dibawah pusat
B. MASALAH
Nyeri tekan pada abdomen terutama perut bagian bawah,ibu merasa cemas
dengan keadaanya saat ini.
III.
ANTISIPASI
MASALAH POTENSIAL
Diagnosa Potensial terjadinya sepsis (
infeksi menyebar) ,parametritis, dan abses pelvic
Masalah potensial berpotensial terjadi
syok neurogenik
IV.
IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN SEGERA
Mandiri :
Pemberian antibiotik
amphicilin 2 gr i.v
Kolaborasi untuk saat ini
tidak dilakukan
V.
INTERVENSI
DX : Ny. A P2002 post partum hari ke 6 ada
masalah nyeri pada perut
Tujuan : masa nifas bertujuan normal
Keadaan umum : gelisah
Kesadaran : kompos mentis
TTV : Tekanan
darah
:130/90
Nadi
:92x/ menit
Pernafasan
: 25x/menit
Suhu
:38,50 derjat celcius
TFU
2 jari dibawah pusat
Sub Involusi uterus (tidak sesuai),
Uterus teraba besar dan lembek
Kontraksi uterus lemah
Pengeluaran lokea sanguileta berbau
menyengat
Lendir vagina berlebih
ASI lancar tidak ada pembendungan
INTERVENSI
1. Lakukan hubungan terapeutik dengan pasien
2. Jelaskan
pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini
3. Ajarkan
pada ibu cara mengurangi rasa nyeri.
4. Pemantauan
cairan dan nutrisi
a) Jelaskan pada ibu tentang nutrisi yang cukup bagi ibu nifas
b) Anjurkan ibu untuk banyak minum
c) Beri terapi anti piretik untuk mengatasi demam
d) Anjurkan ibu untuk kontrol ulang setelah obat habis
e) Libatkan keluarga untuk membantu ibu memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
f) Observasi bila suhunya telah turun dan ibu tidak demam lagi
g) Evaluasi ibu tidak demam lagi dan tidak ada masalah potensial.
a) Jelaskan pada ibu tentang nutrisi yang cukup bagi ibu nifas
b) Anjurkan ibu untuk banyak minum
c) Beri terapi anti piretik untuk mengatasi demam
d) Anjurkan ibu untuk kontrol ulang setelah obat habis
e) Libatkan keluarga untuk membantu ibu memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
f) Observasi bila suhunya telah turun dan ibu tidak demam lagi
g) Evaluasi ibu tidak demam lagi dan tidak ada masalah potensial.
5. Anjurkan ibu untuk selalu menjaga
kebersihan genetalia
VI.
IMPLEMENTASI
DX : Ny. A P2002 post partum hari ke 6 ada
masalah nyeri pada perut
1. Melakukan hubungan terapeutik dengan
pasien dan keluarga
2. Menjelaskan
pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saaat ini yaitu ibu memasuki masa
nifas hari keenam, namun kontraksinya masih lemah dan
uterusnya masih tinggi. suhu tubuh
38,5 oC
3. Menjelaskan
pada ibu untuk istirahat
·
Mempersiapkan
alat (2 buah kom sedang masing-masing diisi dengan air hangat dan dingin, 2 buah
waslap, 2 buah handuk
·
Membantu
ibu untuk dalam posisi flower
·
Memberitahu
ibu akan dilakukan pengompresan untuk mengurangi rasa nyeri pada perut bagian
bawah.
·
Meminta
ibu untuk melepas pakaian atas
·
Mengompres dengan air hangat untuk mengurangi
stasis pada pembuluh darah danmengurangi
rasa nyeri, dilakukan selang-seling dengan kompres dingin
·
Merapikan ibu dan membantu ibu memakai pakaian
·
Membereskan alat dan mencuci tangan.
4. Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya
pemenuhan keutuhan nutrisi bagi ibu nifas seperti mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung protein, mineral, vitamin, cukup (sayur-sayuran, tempe, tahu,
telur, ikan, buah-buahan, apabila ibu mampu membeli susu dan mencobanya walau
tidak suka susu)
5. Menjelaskan
dan menganjurkan ibu untuk minum 3 liter setiap hari(8-12 gelas setiap hari)
untuk mencegah dehidrasi dan menurunkan panas dengan adanya peningkatan
pengeluaran urine
6. Membantu
ibu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan melibatkan keluarganya seperti
pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisinya
7. Memberitahu
ibu bahwa jahitannya masih basah dan menganjurkan ibu untuk
menjagakebersihan alat kelamin dengan cara : cebok dengan sabun kemudian
dibilas degan air mengalir sampai
bersih dari depan ke belakang, kompres jahitan dengan kassa betadin 1-2
menit / terasa perih supaya jahitan lekas kering dan tak infeksi, ganti
pembalut sebelumpenuh, serta tidak terlalu sering menyentuh jahitan.Ibu
mengerti cara menjaga kebersihan alat kelamin dan akan melaksanakan
sesuaianjuran bidan.
8. Megobservasi apakah ibu sudah dapat nengurangi
nyeri, melakukan ambulasi dini dengan atau tanpa bantuan keluarga dan observasi
suhu badan ibu
9. Mengevaluasi keadaan ibu apakah sudah bisa
melakukan ambulasi dini dan tidak nyeri lagi pada perut
10. Memberikan
terapi antipiretik
·
parasetamol 3x1mg untuk mengatasi demam
·
amphicilin
3x 2 mg
·
Klindamisin
450 mg setiap 6 jam selama 14 hari
·
Gentamicin
11. Mengevaluasi keadaan ibu apakah tidak demam
lagi dan tidak merasa nyeri
VII.
EVALUASI
Tanggal : 20 oktober 2012 jam : 09.30
Dx: Ny. A P2002 post partum hari ke 6 ada
masalah nyeri pada perut
S :
ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan bidan
O :
Keadaan umum : gelisah
Kesadaran : kompos
mentis
TTV : Tekanan
darah
:130/90
Nadi
:92x/ menit
Pernafasan
: 25x/menit
Suhu
:38,50 derjat celcius
TFU
2 jari dibawah pusat
Sub
involusi uteri
Uterus teraba
besar dan lembek
Kontraksi
uterus lemah
Pengeluaran
lokea sanguileta berbau menyengat
Lendir vagina berlebih
ASI lancar tidak
ada pembendungan
A : Ny. A P2002 post partum hari ke 6 dengan endometritis ,kontraksi
lemah , TFU 2 jari
dibawah pusat, lochea berbau busuk
P : - intervensi dilanjutkan
- Anjurkan ibu untuk
menyusui bayinya sesering mungkin
- Anjurkan ibu untuk
menjaga kebersihan diri
- Anjurkan ibu untuk makan
dan minum yang adekuat
- Anjurkan ibu untuk minum
antibiotik yang diberikan bidan dengan rajin
- Anjurkan ibu untuk
mengompres lagi jika perut terasa sakit seperti yang diajarkan oleh bidan
- Beritahu ibu untuk melakukan
kunjungan ulang jika obatnya telah habis
Bab IV: PENUTUP

Radang selaput lendir
rahim atau endometritis adalah peradangan yang
terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi.
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis.
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta,
dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
Endometritis ini terjadi karena karena kurangnya
kesadaran ibu nifas dalam hal perrsonal higiene dan merawat luka perineum.
Padahal infeksi ini dalam jangka pendek dapat menyebabkan terjadinya penurunan
kesuburan dan dalam jangka panjang menggannggu sistem reproduksi karena
perubahan saluran reproduksi. Pengobatan dan penanganan yang tepat sangat
dibutuhkan dalam kasus ini.

Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan untuk itu kritik dan
saran dari pembaca sangat diperlukan demii sempurnanya makalah yang penulis
susun.
DAFTAR PUSTAKA
·
Leveno,kenneth
J . 2009 . Obstetri Williams . Jakarta : EGC
·
Wheeler,Linda
. 2004 . Buku saku asuhan pranatal dan pascapartum . Jakarta : EGC
·
Bagian
obstetri & ginekologi fakultas kedokteran universitas padjajaran bandung .
2010 . bandung : Elstar Offset
·
Mansjoer,Arif dkk , 2001. Kapita selekta
kedokteran . Jakarta : EGC
·
Prawirohardji,Sarwono.
2010. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta :
EGC
·
Sudarti,Fauziah
Afroh . 2010 . Buku ajar dokumentasi kebidanan . Jogjakarta : medical book
·
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/teknik-model-pedokumentasian-por-sor.html#ixzz29YhSCVqf